RADARSUMEDANG.id, KOTA – Panti Baca Ceria, bekerja sama dengan Goethe-Institut, menyelenggarakan kegiatan Menjaras Memori Kolektif di Rumah Panti Baca Ceria, Jalan Cut Nyak Dhien, Kelurahan Regol Wetan, Sumedang Selatan, Minggu (11/11/2024).
Program ini bertujuan untuk mendalami dan mendokumentasikan 10 objek pemajuan kebudayaan di Sumedang melalui pengarsipan tulisan dan pendekatan seni grafis.
Kegiatan ini diawali dengan membuka panggilan bagi warga Sumedang yang ingin berpartisipasi sebagai penulis dari 26 kecamatan di Sumedang, serta panggilan untuk seorang seniman grafis, yang diumumkan melalui akun Instagram Panti Baca Ceria dan Goethe-Institut.
Founder Panti Baca Ceria, Ipul Saepulloh, menyampaikan bahwa dari penjaringan tersebut terpilihlah 26 penulis, masing-masing mewakili satu kecamatan di Sumedang. Para peserta ini kemudian mengikuti program inkubasi selama dua hari di Panti Baca Ceria, dengan pembekalan dari tiga mentor di bidangnya masing-masing.
Tema pendokumentasian budaya disampaikan oleh Kusnandar, dosen Universitas Padjadjaran (UNPAD); kepenulisan feature oleh Atep Kurnia; serta materi riset oleh Bunga Destri, pendiri Yayasan Puspa Karima.
“Program ini memberi kesempatan bagi para penulis untuk mengeksplorasi objek-objek kebudayaan dan mengangkatnya dalam karya tulis sebagai bagian dari pengarsipan,” kata Ipul kepada Radar Sumedang.
Selain itu, Ipul menjelaskan bahwa Menjaras Memori Kolektif juga melibatkan seorang seniman residensi dari Bandung, Egga Jaya, yang akan berkarya di Panti Baca Ceria selama bulan November. Egga akan menginterpretasikan tulisan-tulisan para peserta menjadi karya seni grafis, yang nantinya akan dipamerkan di Sumedang.
“Kegiatan ini adalah pemantik awal bagi kami. Kami ingin mendokumentasikan 10 objek kebudayaan di Sumedang melalui pendekatan tulisan dari para peserta terpilih,” paparnya.
Ipul menambahkan, para peserta didorong untuk menggali lebih dalam objek-objek pemajuan kebudayaan yang belum banyak diangkat. Hasil kegiatan ini akan dipublikasikan dalam bentuk buku sebagai media pengarsipan, serta akan dipamerkan dalam rangkaian kegiatan yang bertujuan memperkenalkan keragaman budaya Sumedang.
“Semua karya yang dihasilkan bukan hanya menjadi dokumen budaya, tetapi juga inspirasi bagi generasi mendatang untuk peduli terhadap pelestarian kebudayaan lokal,” ujarnya.
Program Menjaras Memori Kolektif akan berlangsung dari November hingga Desember, dengan agenda observasi di 26 kecamatan, asistensi, finalisasi tulisan, peluncuran buku, dan ditutup dengan pameran hasil residensi.
Lebih lanjut, Ipul menyampaikan bahwa peluncuran buku dan pameran seni hasil residensi dijadwalkan berlangsung pada pertengahan Desember di Sumedang selama dua minggu. Setelah itu, buku karya peserta akan dipromosikan di berbagai lokasi dan pameran lanjutan akan diadakan di Bandung pada awal tahun 2025.
“Harapannya, buku ini bukan sekadar arsip, tapi juga bahan literatur yang mendokumentasikan budaya Sumedang untuk generasi selanjutnya,” jelas Ipul.(Jim)