Literasi Revolusi Industri 4.0

oleh

Oleh : Tasaro Gk

Mudahnya, revolusi industri adalah lompatan teknologi mencengangkan yang seketika memudahkan manusia memproduksi sesuatu.  Revolusi Industri 1.0 dimulai pada abad ke-18 dipicu oleh penemuanmesin uap. Revolusi Industri 2.0  terjadi abad ke-19 sewaktu listrik ditemukan. Revolusi Industri  3.0  mengubah banyak hal ketika tahun 70-an, komputer disempurnakan.

Revolusi Industri 4.0 muncul pada abad ke-21, ditandai  informasi dan teknologi komunikasi digabung pada bidang industri. Perubahan besar-besaran terjadi di berbagai lini kehidupan. Industri yang semula memperkerjakan banyak orang perlahan menggantinya dengan mesin teknologi. Berbagai jenis profesi lama hilang, sederet profesi baru bermunculan.

Tentu saja kita sudah melihat sendiri bagaimana pelibatan robot dan kecerdasan buatan sangat cepat menggeser kebutuhan dunia industru terhadap manusia. Hanya saja, kita acapkali masih berpikir itu tidak akan terjadi pada dunia kita. Hanya karena kita tidak terkait langsung dengan dunia industri tadi.

Padahal sejarah revolusi industri memberitahu kita, ini seperti air bah. Dinamakan revolusi karena memang pergerakannya cepat bukan main. Puluhan juta pekerjaan akan segera hilang. Maksudnya, akan banyak orang kehilangan pekerjaannya. Benar bahwa akan muncul jutaan peluang kerja baru.

Namun, belum tentu mereka yang kehilangan pekerjaan itu langsung bisa mengisi peluang yang ada. Bukan hanya karena jumlah pencari pekerjaan akan berkali lipat jumlahnya, namun juga karena kebutuhan akan kemampuan khas dari pekerjaan baru itu otomatis akan melakukan seleksi spesifik.

Sebagian orang akan merespon ini dengan acuh tak acuh. Sebagian lagi sebaliknya, terlalu panik. Benar bahwa otak manusia didesain untuk selalu mencari solusi dari setiap masalah. Namun, bersikap pasif dan enggan bereksplorasi adalah kartu mati. Mereka yang enggan berubah sudah pasti akan punah. Seperti dinosaurus.

Cara belajar di sekolah-sekolah jelas harus berubah. Sebab, dunia memang benar-benar sedang berubah dengan cepat. Anak didik mesti lebih banyak diberi ruang untuk melakukan eksplorasi. Mengalami kesulitan, merasa tertantang, lalu mencari solusi. Berhenti menghafal segala hal yang hanpir pasti bulan depan lenyap dari ingatan.

Cara berpikir orangtua tidak boleh diam pada masa lalu. Bukan waktunya lagi mengatakan “Ketika Bapak muda dulu” atau “Sewaktu Ibu seusiamu…”. Zaman sepenuhnya berbeda dan membutuhkan cara berpikir dan bertindak yang tak sama.

Revolusi kehidupan sedang terjadi.  Waktunya naik bahtera. Berkumpul dengan orang-orang yang punya kesadaran serupa. Sebab, air bah akan menenggelamkan siapa pun yang menganggapnya dongeng semata. (*)

*)Penulis adalah pendiri Sekolah Alam Bukit Akasia Sumedang, pengajar jurnalistik, penulis buku

No More Posts Available.

No more pages to load.