RADARSUMEDANG.ID – Peringatan HUT ke-40 Desa Nyalindung, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang berlangsung khidmat pada Rabu (8/6-22). Acara peringatan dilangsungkan di kantor desa setempat dengan doa bersama dan pemotongan tumpeng melibatkan internal unsur terkait wilayah desa itu.
Kepala Desa (Kades) Nyalindung Budi Yanto menyebutkan, sekilas riwayat Desa Nyalindung merupakan pemekaran dengan Desa Trunamanggala pada 1982, tepatnya pada 8 Juni. Nama Desa Nyalindung berasal dari kata ‘Lindung’ yang menurut ketua kokolot dulunya adalah tempat persembunyian atau tempat berlindung dari para penjajah.
Sedangkan maksud dan tujuan kegiatan milangkala pemekaran desa adalah dalam rangka upaya pemerintahan desa beserta warga masyarakat untuk bahu membahu, bekerja bersama-sama, berpikir dan bertindak. “Berbuat yang terbaik demi kepentingan Desa Nyalindung sesuai dengan cita-cita bersama adalah ‘Desa Nyalindung Bersatu’ menuju cita-cita Desa Nyalindung good goverment,” terangnya.
Sedangkan rencana kegiatan sebelum hari ‘H’ berupa bazar selama tujuh hari di area lokasi Wisata Mata Air Cikandung. Selain itu juga ritual keagamaan satu hari sebelum hari ‘H’ yang dihadiri pemerintahan desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, budayawan, tokoh adat, perwakilan karang taruna, PKK, para ketua RT/RW dan Kompepar. “Serta organisasi lain di wilayah desa kita dan unsur terkait juga,” paparnya.
Rencana kegiatan hari ‘H’ berupa karnaval diikuti seluruh masyarakat dikoordinir masing-masing ketua RT/RW. Setiap RW menampilkan seni budayanya masing-masing serta seni tradisi budaya Jampana untuk diadakan penilaian minimal perdusun, diiringi kesenian tradisional kuda renggong.
Pada hari ‘H’ itu direncanakan pula pemberian hadiah kejuaraan karnaval oleh panitia secara simbolis dalam acara hiburan di Wisata Mata Air Cikandung. Pihaknya juga merencanakan acara hiburan seni tradisional wayang golek dalang cilik Lingkung Seni Mekar Mandiri dilanjutkan grup jaipong dangdut.
Tarian umbul para muda mudi karang taruna dan senam ‘Sumedang Simpati’ dilaksanakan kelompok ibu-ibu ditambah tari kamonesan lainnya. “Kreativitas seni pada upacara ritual sebanyak 54 orang,” tutup Budi. (tri)