RADARSUMEDANG.ID – Para pemilik ternak sapi dan kerbau dihimbau agar tidak perlu resah atas merebaknya penyakit lumpy skin disease (LSD). Kepala UPTD Rumah Potong Hewan (RPH) pada Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Sumedang, drh. Lia Indrawati mengatakan, hingga saat ini di wilayah Sumedang, pihaknya mencatat terdapat 150 kasus LSD.
Dari jumlah itu, 144 ekor sudah sembuh. Sedangkan satu ekor mati, dua disembelih dan hanya menyisakan tiga ekor yang sakit. “Hingga saat ini ada 150 kasus positif LSD yang terjadi pada sapi. Tapi dari 150 ini yang tersisa sakit itu hanya tiga ekor. Jadi sisanya 144 ekor sembuh, satu ekor memang mati, dan satu ekor mati karena dipotong,” kata Lia, Rabu (14/6).
Oleh karena itu, kata Lia, pihaknya menghimbau masyarakat tidak perlu was-was atas adanya penyakit LSD atau yang dikenal di kalangan peternak penyakit lato-lato.
“Ini penyakit yang tidak menyebar ke manusia. Penyakit LSD ini hanya menular dari sapi ke sapi, atau dari sapi kerbau. Yang ditularkan melalui vektornya adalah serangga seperti lalat,” ujar Lia.
Sehingga sambung Lia, apabila masyarakat bisa menjaga kebersihan kandang dari lalat dan caplak, maka pengendalian penularannya akan lebih mudah.
“Sebelum penyakit LSD ini muncul, kami sudah lakukan sosialisasi kepada peternak, mengenai apa itu LSD, bagaimana penyakitnya, apa yang harus dilakukan peternak apabila melihat gejala yang terjadi,” ujar Lia.
Namun, apabila ada sapi yang sakit, maka pihaknya melakukan pengobatan sesuai gejala yang dialami pada sapi. “Kami berikan obat sesuai gejala yang terlihat. Apabila demam kami beri analgesik, dan lainnya sesuai gejala yang muncul,” ucap Lia.
Kemudian, terhadap sapi-sapi yang masih sehat, namun beresiko tertular penyakit, akan diberikan vitamin. Biasanya, sapi-sapi tersebut berada di satu kandang atau satu kawasan dengan sapi yang sakit.
“Kami juga dalam waktu dekat akan melakukan vaksinasi terhadap sapi yang sehat. Karena kalau hewan-hewan yang sedang sakit tidak bisa divaksin,” ucapnya. (gun)