RADARSUMEDANG.ID, KOTA – Temuan benda kepurbakalaan di Sumedang akan segera diluncurkan dalam waktu dekat. Sebagaimana diketahui, terdapat dua buah fosil yang ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, beberapa waktu lalu. Pertama fosil gading gajah stegodon trigonocephalus dan tempurung kura-kura purba.
Hal ini pun merujuk pada hasil penelitian dan kajian ilmiah oleh para peneliti. Baik dari ahli geologi, arkeolog, paleontolog juga balai pelestarian kepurbakalaan. Semua disiplin ilmu ini melakukan penelitian di Sumedang yang mengerucut menjadi sebuah kesimpulan sama, bahwa di Sumedang pernah ada kehidupan sekitar 1-2 juta tahun yang lalu.
Dikonfirmasi, Kepala Bidang Kebudayaan pada Disparbudpora Kabupaten Sumedang, Muhammad Budi Akbar mengatakan, Pemkab Sumedang mendapat bantuan penuh dari Museum Geologi Bandung terkait dengan konservasi tinggalan geologi benda kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Sumedang.
Museum Geologi telah banyak membantu mulai dari proses ekskavasi, rekonstruksi hingga memamerkan kepada publik dua fosil tersebut di lantai 2 Gedung PPS dan yang aslinya akan ditempatkan di ruangan khusus di sekitar Desa Jembarwangi.
“Temuan benda kepurbakalaan ini sifatnya bukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, tapi harus berdampak secara multi efek ke sektor lainnya seperti peningkatan ekonomi masyarakat, pariwisata dan lain sebagainya. Makanya yang replika disimpan di PPS sebagai media kepada pengunjung yang datang ke kantor pemerintahan, bahwa di Sumedang pernah ada kehidupan sekitar 2 juta tahun yang lalu,” kata Budi Akbar kepada Radar Sumedang di PPS, Selasa (15/8).
Adapun kata Budi Akbar, dengan adanya koleksi benda kepurbakalaan di Sumedang yang dibantu penuh oleh Museum Geologi, diyakini akan menambah spirit semua pihak yang peduli terhadap benda kepurbakalaan untuk menggali potensi tinggalan peradaban kepurbakalaan.
“Insya Allah tanggal 24 Agustus mendatang kita akan launching sekaligus serah terima. Baik yang (fosil) asli di Jembarwangi maupun replika yang ada di PPS,” ujarnya.
Lebih lanjut sambung Budi Akbar, selain dua fosil yang telah berhasil direkonstruksi dan dipamerkan, ada juga temuan fosil berupa ‘bofid’ atau sejenis sapi, artefak perkakas manusia, sejenis rusa, buaya dan yang terakhir warga menemukan rahang kuda nil.
“Jadi dahulu itu bagian Sumedang ada lautan, pesisir dan daratan luas sehingga tidak heran kalau di Jembarwangi temuannya lebih bervariasi, baik fosil binatang maupun artefak karena kontur tanahnya lebih tinggi. Sedangkan di Darmawangi, temuannya lebih kepada binatang laut seperti ‘kerang moluska’,” beber Busi Akbar.
Dengan demikian, temuan benda kepurbakalaan di dua desa di Kecamatan Tomo itu telah mengungkap bagaimana gambaran kehidupan masa lampau di Sumedang sehingga dua fosil ini disisipkan sebuah judul narasi ‘jejak kehidupan purba Sumedang Lembah Cisaar’.
“Nama atau tempat yang biasa disebut Lembah Cisaar ini berdasarkan kajian peneliti, merupakan sungai purba. Jadi kawasan lembah Cisaar ini akan diperluas untuk kepentingan temuan kepurbakalaan. Sehingga kami tidak mencantumkan nama desa atau kecamatan, tapi lebih ke Cisaar. Karena sebaran fosil ini tersebar di wilayah sungai purba Cisaar,” jelas Budi Akbar. (jim)