Selain memiliki keragaman seni dan budaya, di Indonesia juga terdapat beragam agama yang diakui oleh negara. Dalam suasana yang penuh toleransi dan keberagaman, war takjil atau momen rebutan takjil menjadi ajang yang dapat merangkul seluruh masyarakat Indonesia untuk berbagi kebaikan dan kebersamaan.
Diulas tentang tren tersebut dan menemukan fakta-fakta menarik yang melatarbelakangi fenomena war takjil lintas agama yang semakin mewarnai momen bulan Ramadan tahun ini.
1. Asal Usul War Takjil
War takjil berangkat dari konten-konten di media sosial TikTok yang viral. Para masyarakat yang beragama selain Muslim, antusias dengan memulai berburu takjil lebih awal. Banyak yang menggambarkan bahwa ketika umat Muslim sedang berada di fase “lemas” saat berpuasa, tetapi warga yang beragama lain telah berburu takjil hingga memborong takjil terlebih dahulu, sehingga warga yang beragama Muslim hanya kebagian sisa- sisa takjil yang tersedia.
2. Beli Takjil Menggunakan Password
Oleh karena itu, tercetuslah sebuah ide dimana jika ada warga yang ingin membeli takjil harus menjawab pertanyaan dari sang penjual terlebih dahulu, untuk mendapatkan takjil yang diinginkan. Banyak dari para teman-teman konten kreator yang membuat konten tentang pertanyaan yang diajukan mulai dari rukun Islam, rukun iman, hingga 2 kalimat syahadat dan hal hal yang berbau islam lainnya. Kemudian digambarkan jika pembeli bisa menjawabnya, maka dia bisa membeli takjil sepuasnya sehingga banyak juga dari warga non Muslim yang menghafalkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
3. Guyonan Kinder Joy
Umat Muslim tidak mau kalah, karena itulah terdapat banyak konten mengenai rencana akan memborong telur ketika menjelang Paskah supaya bagi umat Kristiani merayakannya menggunakan kinder joy. Selain itu, mereka juga berencana akan memborong jeruk saat menjelang perayaan Imlek, sehingga nanti ketika perayaan diganti dengan nutrisari.
4. Saling Merangkul untuk Kemajuan UMKM Indonesia
Pada dasarnya, fenomena ini hanyalah candaan di kalangan masyarakat saja, bukan hal yang benar-benar terjadi dimana warga non muslim dilarang untuk membeli takjil. Momen war takjil ini dapat dimanfaatkan sebagai langkah bersama dalam membantu seluruh lapisan masyarakat, dengan melariskan dagangan para penjual takjil sehingga terjadilah perputaran uang yang sehat di kalangan masyarakat.
Dari fakta-fakta tentang tren fenomena war takjil lintas agama dalam momen bulan Ramadhan kali ini, terlihat jelas bahwa semangat kebersamaan dan solidaritas tidak mengenal batas-batas agama.
Inisiatif ini tidak hanya menyatukan umat Muslim dalam merayakan bulan suci mereka, tetapi juga memperluas keberkahan Ramadan kepada semua lapisan masyarakat, tanpa pandang bulu. Dalam keberagaman dan inklusi inilah kekuatan sejati dari tren war takjil, yang tidak hanya memberi asupan bagi tubuh, tetapi juga menyuburkan jiwa dengan rasa persaudaraan dan kebaikan yang mengalir lintas agama, memperkaya makna Ramadhan bagi semua.
Mari mempertahankan semangat kebersamaan dan gotong royong yang telah kita bangun melalui war takjil lintas agama ini. Teruslah menjaga kepedulian terhadap sesama, merayakan perbedaan, dan menyebarkan kebaikan kepada semua yang golongan masyarakat.
Dengan demikian, semoga bulan Ramadhan kali ini meninggalkan jejak kebaikan yang abadi dalam hati kita, memancarkan cahaya kasih dalam setiap langkah kita menuju hari raya Idul Fitri yang penuh berkah.(jpc)