DI INDONESIA, pendidikan seksualitas menjadi topik yang sensitif dan sering dianggap tabu. Walaupun hal ini penting untuk mengedukasi generasi muda tentang seksualitas yang benar, tetapi masih banyak kendala menghalangi upaya ini.
Contohnya stigma sosial yang merupakan kendala terbesar dalam pendidikan seksualitas. Terutama di lingkungan keluarga dan sekolah, seksualitas sering dianggap sebagai topik yang tidak sopan karena notabenenya secara budaya dianggap tabu. Akibatnya, banyak orang tua ragu-ragu dan guru yang khawatir jika berbicara tentang masalah ini dengan anak-anak mereka.
Kurangnya simpati terhadap hal ini, membuat orang tua dan guru memutuskan untuk tidak mengajarkan sama sekali. Padahal, hal ini berdampak terhadap anak. Salah satunya adalah kesulitan bagi anak-anak untuk menolak. Pengalaman traumatis dan kurangnya pengetahuan tentang tubuh serta hak-hak mereka membuat anak-anak merasa tidak berdaya untuk bersuara. Lingkungan yang tidak mendukung, seperti stigma dan menyalahkan korban, semakin memperparah situasi.
Menurut lembaga perlindungan saksi dan korban RI, kekerasan seksual di Indonesia meningkat. Pada 2021, 426 kasus pada anak dan 60 kasus pada orang dewasa. Sedangkan pada 2022 menjadi 536 dan 99 kasus. (Detik,2023)
Selain itu, temuan dari diskusi PSPK dengan beberapa pakar ilmu menunjukkan bahwa pendidikan seks hampir dimasukkan ke dalam kurikulum. Namun, karena banyaknya salah kaprah tentang topik tersebut, sulit untuk memasukkannya ke dalam kurikulum.
Sebagaimana disampaikan Nisa Felicia selaku Direktur Eksekutif PSPK bahwa memang itu juga yang menjadi tantangan, masih ada persepsi kalau mengajarkan pendidikan seksualitas sama dengan mengajarkan orang untuk berhubungan seksual. Jadi opini tersebut yang membuat ilmu ini sulit untuk masuk ke kurikulum.
Aksi yang dapat diambil
- Kampanye Sosialisasi
Kampanye anti-stigma merupakan kunci keberhasilan pendidikan seksualitas. Dengan mengubah persepsi masyarakat yang negatif tentang seksualitas, kampanye ini menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan mendukung bagi diskusi yang sehat. Melalui berbagai kegiatan seperti workshop, seminar, dan kampanye media sosial, kampanye ini bertujuan untuk menghilangkan mitos dan memberikan informasi yang akurat.
Kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat sipil, sangat penting untuk memastikan keberhasilan kampanye ini. Dengan demikian, pendidikan seksualitas dapat berjalan lebih efektif dan mencapai tujuannya untuk memberdayakan individu.
- kolaborasi
Kolaborasi antara guru, orang tua, dan tokoh masyarakat merupakan kunci dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pendidikan seksualitas. Guru berperan sebagai fasilitator di sekolah, orang tua memberikan dukungan di rumah, sementara tokoh masyarakat memberikan perspektif yang lebih luas.
Dengan bekerja sama, mereka dapat mengatasi berbagai tantangan, seperti perbedaan pandangan dan kurangnya pengetahuan. Melalui komunikasi yang terbuka dan program pendidikan seks yang komprehensif, anak-anak dapat memperoleh informasi yang akurat dan membangun sikap yang positif terhadap seksualitas.
Kolaborasi antara komunitas penggerak pendidikan seksualitas, pemerintah, sekolah, dan organisasi masyarakat sipil pun sangat penting untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Dengan bekerja sama, mereka dapat mengembangkan program-program yang lebih efektif, menjangkau lebih banyak orang, dan menciptakan perubahan yang lebih berkelanjutan.
Salah satu contohnya adalah komunitas Taulebih yang didirikan oleh Zhafira Aqyla sang influencer muda yang dikenal dengan konten-konten inspiratifnya. Zhafira menginisiasi komunitas Taulebih dengan tujuan memberikan pendidikan seks yang komprehensif dan berbasis fakta. Melalui komunitas ini, Zhafira berharap dapat membuka ruang bagi diskusi terbuka tentang seksualitas, serta memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab terkait kesehatan reproduksi mereka.
Komunitas Taulebih pun aktif mengadakan berbagai kegiatan seperti workshop, diskusi kelompok, serta mengadakan program relawan pengajar pendidikan seksualitas. Kegiatan-kegiatan ini dirancang untuk memberikan informasi yang akurat dan up-to-date tentang seksualitas, serta menepis mitos dan stigma yang seringkali terkait dengan topik ini. Berkat inisiatif Zhafira Aqyla, komunitas Taulebih telah berhasil menciptakan ruang yang aman bagi banyak orang untuk belajar tentang seksualitas. Melalui program-program yang inovatif, komunitas ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan seks.
Maka dari itu, mari bersama-sama membangun komunitas yang peduli akan pendidikan seksualitas. Dengan bergabung dalam komunitas, kita dapat berkontribusi dalam menciptakan generasi yang lebih sehat dan bahagia. Bersama-sama, kita dapat memastikan bahwa setiap individu memiliki akses terhadap informasi yang akurat dan dukungan yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan seksual yang sehat. (***)
Penulis adalah Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati-Bandung