RADARSUMEDANG.id, KOTA– Lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema di Gedung Nusantara, Sumedang, saat ratusan santri TPQ Insan Sejahtera mengikuti prosesi Tasyakur Khotmil Qur’an VIII pada Kamis (20/2/2025) pagi.
Acara yang menjadi simbol kelulusan angkatan kedelapan ini tak hanya penuh khidmat, tetapi juga mengundang haru dari para orang tua yang menyaksikan anak-anak mereka menyelesaikan perjalanan belajar Al-Qur’an dengan metode Qiraati.
Sejak pagi, suasana sudah terasa istimewa. Para santri memasuki gedung dengan kirab yang diiringi lantunan sholawat. Setiap langkah mereka adalah simbol perjalanan panjang yang telah dilalui dalam belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an. Para wali santri, guru, serta tamu undangan dari Dinas Pendidikan dan Kemenag Kabupaten Sumedang menyambut dengan penuh kebanggaan.
Puncak acara semakin mengesankan saat para santri diuji dalam sesi imtihan atau uji publik. Mereka diminta membaca ayat-ayat Al-Qur’an secara tartil dan menjelaskan hukum bacaan yang terkandung di dalamnya.
Dengan penuh percaya diri, santri-santri belia ini melantunkan ayat demi ayat, menyebutkan surah, juz, dan hukum tajwidnya dengan fasih. Tak sedikit wali santri yang terharu melihat anak-anak mereka menunjukkan pemahaman yang luar biasa di usia yang masih muda.
Pembina Yayasan Mitra Insan Sejahtera, Hj. Yani Citraeni, SE, M.Pd, yang akrab disapa Umi Yani, berpesan agar para santri tetap menjaga hafalannya dan terus memperdalam ilmu Al-Qur’an.

“Jangan berhenti di sini. Hafalan harus dijaga, karena Allah SWT akan memberikan kemuliaan bagi para penghafal Al-Qur’an,” ungkapnya.
Umi Yani juga mengingatkan para orang tua akan peran penting mereka dalam mendukung pendidikan Al-Qur’an anak-anaknya.
“Jangan biarkan anak-anak berhenti belajar. Ilmu harus terus diasah, kapan pun dan di mana pun, karena kunci kesuksesan adalah pembelajaran yang berkelanjutan,” tuturnya.
Pembina TPQ Insan Sejahtera, H. Harwanto, Ak, MM, CA, menambahkan bahwa kelulusan dari TPQ ini bukanlah akhir, melainkan awal bagi santri untuk melanjutkan ke jenjang tahfidz atau penghafalan Al-Qur’an.
“Kami ingin mencetak generasi Qur’ani yang tak hanya fasih membaca, tetapi juga memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Acara ditutup dengan sesi wisuda dan sungkeman yang menjadi puncak haru. Pelukan dan linangan air mata mewarnai perpisahan santri dengan guru-gurunya. Bagi para orang tua, ini bukan sekadar seremoni, tetapi awal dari perjalanan anak-anak mereka menjadi insan yang lebih dekat dengan Al-Qur’an.
Tak hanya menjadi agenda tahunan, Khotmil Qur’an TPQ Insan Sejahtera kembali membuktikan bahwa pendidikan Al-Qur’an sejak dini mampu melahirkan generasi cinta dan bangga menjadi penghafal kitab suci. (rik)