Genangan Air di Cihamerang, Warga Terdampak Dapat Perhatian Pemerintah

oleh
Camat Rancakalong (kanan) saat meninjau genangan air dampak Tol Cisumdawu di Cihamerang

RADARSUMEDANG.id, RANCAKALONG – Genangan air akibat tanah disposal proyek Tol Cisumdawu di Dusun Cihamerang, Desa Sukasirnarasa, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, terus menjadi persoalan yang belum tuntas.

Sekitar 9 hektare lahan pertanian milik warga terendam sejak tahun 2022 akibat saluran air yang tersumbat oleh tumpukan material disposal proyek tersebut. Hal ini menyebabkan terbentuknya bendungan alami yang menutup akses irigasi ke sawah warga.

Camat Rancakalong, Cecep Supriatna, menyampaikan bahwa pemerintah terus mengupayakan solusi bagi warga terdampak.

“Saat ini ada 61 warga yang sawahnya tidak bisa ditanami. Pemerintah memberikan perhatian berupa bantuan sebesar Rp200 ribu per bulan sejak Maret 2025. Ini bukan kompensasi, tapi bentuk perhatian pemerintah, karena kalau kompensasi nilainya harus jauh lebih besar,” jelasnya.

Cecep menambahkan bahwa kondisi genangan memerlukan penanganan lebih lanjut dan mendalam.

“Alternatifnya bisa dibuatkan embung yang nantinya juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Namun, harus ada kajian dari tim ahli terkait kontur tanah di sekitar genangan, apakah labil, berpotensi longsor, atau aman untuk dijadikan struktur permanen,” ujarnya.

Menurutnya, pemukiman warga yang berdekatan langsung dengan genangan air mencapai 45 rumah. Warga enggan direlokasi karena sulitnya mencari lahan baru. Sebagian besar dari mereka berharap lahan terdampak dapat dibebaskan oleh pemerintah.

“Kalau sudah dibebaskan, masyarakat tak mempermasalahkan jika genangan itu nanti diubah menjadi embung atau kawasan wisata,” tambah Cecep.

Menariknya, kata ia, genangan tersebut yang memiliki kedalaman hingga 28 meter dan dihuni banyak ikan. Hal ini menjadikannya tempat favorit bagi para penghobi mancing dari berbagai daerah. Di kawasan itu juga terdapat empat mata air alami.

Saat ini, saluran pembuangan air sudah dibangun dengan bantuan dari Kementerian PUPR dan PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT).

“Dulu belum ada saluran buangan, sehingga debit air sulit dikendalikan. Sekarang sudah dibantu, tapi tetap harus hati-hati karena struktur tanah urugan di sekitar disposal rawan jebol, apalagi saat musim hujan,” ujar Cecep.

Ia berharap, kajian komprehensif terus dilakukan untuk menentukan langkah ke depan, termasuk kemungkinan mencari investor guna menata kawasan genangan agar dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. (tha)