RADARSUMEDANG.id, KOTA – Sebanyak 40 siswa bermasalah mulai mengikuti program pelatihan dan pendidikan karakter di barak militer Kodim 0610/Sumedang, Jumat (9/5/2025). Kegiatan bertajuk Pengembangan Wawasan Kebangsaan bagi Anak dan Remaja ini ditinjau langsung oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Dalam kunjungannya, Dedi berdialog dengan para peserta dan menggali permasalahan yang mereka alami. Pria yang akrab disapa KDM itu menilai program ini memiliki metodologi yang baik.
“Ada pemeriksaan fisik, kesehatan, psikologis, hingga pemantauan gizi dan berat badan. Semua itu menjadi indikator penting untuk melihat perubahan sebelum dan sesudah program,” jelasnya.
Dedi menegaskan bahwa kegiatan ini bukan bentuk pendidikan militer, melainkan pendidikan kedisiplinan dan pembentukan pola hidup sehat.
“Program ini mendorong siswa agar mau minum air putih, makan makanan bergizi, dan rutin berolahraga. Karena faktanya, banyak dari mereka tidak terbiasa berolahraga,” ujar Dedi.
Menurutnya, munculnya anak-anak dengan perilaku bermasalah juga menjadi cerminan kelemahan sistem pendidikan, termasuk menurunnya kewibawaan guru.
“Pendidikan harus dievaluasi total, termasuk peran guru. Kalau ke depan ada guru yang malas, ya masukin saja ke barak tentara,” sindirnya.
Dalam kesempatan itu, Dedi juga memberikan seekor kuda kepada salah satu siswa yang sangat menyukai kuda hingga kerap bolos sekolah. “Anak ini bukan nakal, tapi memang senang kuda dan mencari nafkah dari Kuda Renggong. Jadi saya kasih kuda supaya dia bisa tetap sekolah sambil menyalurkan minatnya,” katanya.
Sementara itu, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menyebutkan program pembinaan akan berlangsung selama satu bulan, dengan materi mencakup pendidikan kebangsaan, keagamaan, penguatan karakter, kedisiplinan, serta keterampilan pertanian.
“Modulnya sudah tersedia. Selama satu bulan anak-anak akan dibentuk karakternya melalui berbagai pendekatan,” ucap Dony.
Yang membedakan dengan daerah lain, lanjut Dony, adalah pelibatan orang tua dalam program. Mereka juga akan mendapatkan pelatihan parenting.
“Orang tua akan ikut selama dua hari. Mereka akan diberikan pemahaman bagaimana membimbing anak-anaknya di rumah. Bahkan diingatkan kembali untuk mendoakan anak, karena doa orang tua itu kekuatan luar biasa,” tegasnya.
Dony menjelaskan, seluruh pendekatan yang digunakan mengacu pada konsep Panca Waluya dalam budaya Sunda: cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), pinter (cerdas), dan singer (terampil).
“Pemeriksaan kesehatan sudah dilakukan oleh RSUD Sumedang. Anak-anak akan mendapatkan pembinaan menyeluruh mulai dari pola hidup sehat, tidur teratur, hingga penguatan emosional. Hasilnya nanti akan dibandingkan antara kondisi awal dan akhir,” paparnya.
Selain pendidikan agama secara adaptif, peserta juga akan dilatih keterampilan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan.
“Mereka akan diajari budidaya lele dan tanaman dalam ember. Jadi bagian atasnya untuk tanaman, bagian bawahnya untuk lele. Ini sebagai keterampilan praktis yang bisa diterapkan di rumah,” ujarnya.
Dony berharap program ini dapat membentuk karakter, akhlak, kedisiplinan, hingga keterampilan para peserta, yang nantinya bisa dilanjutkan di rumah dengan pendampingan orang tua.
“Dengan bimbingan dari psikolog melalui pelatihan parenting, harapannya kebiasaan baik yang dibangun selama pelatihan dapat terus berlanjut,” kata Dony.
Ia juga menyampaikan niatnya untuk melanjutkan program ini ke gelombang berikutnya, sembari melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan tahap pertama.
“Program ini berlangsung satu bulan. Kami akan evaluasi, tapi saya berkomitmen untuk melanjutkannya karena banyak orang tua yang masih berharap anak-anaknya bisa mengikuti pelatihan serupa,” pungkasnya. (gun)