RADARSUMEDANG.id, SURIAN – Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengungkapkan perkembangan terkini terkait kondisi ruas Jalan Haurpapak di Desa Surian, Kecamatan Surian, yang kembali mengalami kerusakan akibat pergerakan tanah.
Pemkab Sumedang melalui Dinas PUTR terus berupaya memperbaiki ruas jalan yang berada di kawasan perbukitan tersebut, meskipun tantangan alam masih menjadi kendala utama.
“Haurpapak itu sudah tiga kali diperbaiki karena ada pergerakan tanah. Terakhir kami perbaiki bagian atasnya, tapi ternyata kembali amblas di bagian bawah,” kata Dony kepada wartawan di Gedung Negara, belum lama ini.
Untuk mengatasi masalah tersebut secara lebih komprehensif, Pemkab Sumedang kini menggandeng akademisi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk melakukan kajian geoteknik.
“Meskipun ada opsi memindahkan jalan ke lahan Perhutani, mobilitas warga tidak bisa dihentikan. Masyarakat tetap harus melalui jalur ini, jadi jalan ini akan tetap kami perbaiki,” ujarnya.
Namun, lanjut Dony, kondisi medan yang labil membuat perbaikan seperti tidak pernah tuntas. “Misalnya di satu titik sudah selesai, tapi ternyata air mencari titik lemah lainnya, dan terjadi amblas kembali,” katanya.
Dony juga menanggapi anggapan masyarakat yang merasa Kecamatan Surian dianaktirikan dalam pembangunan infrastruktur.
“Saya sering dengar warga Surian bertanya ‘ke mana Pemda Sumedang?’ Justru kami terus hadir dan melakukan upaya konkret. Perbaikan yang sedang berlangsung ini adalah yang keempat kalinya,” tegasnya.
Tahun ini, kata Dony, Pemkab Sumedang telah menganggarkan Rp 5 miliar untuk memperbaiki ruas Jalan Tanjungmedar–Surian, yang direncanakan mulai dikerjakan pada Juni 2025.
“Saya terbuka terhadap kritik, terutama soal jalan. Tapi alangkah baiknya kalau kritik disampaikan dengan data yang lengkap, bukan hanya potongan video di TikTok yang bisa menimbulkan persepsi keliru,” tambahnya.
Sebelumnya, Radar Sumedang melaporkan bahwa Jalan Blok Haurpapak sempat tidak bisa dilalui karena patah akibat longsor. Saat ini jalur sudah bisa dilewati meskipun hanya sebagian, dan titik amblas di bagian bawah masih dalam proses perbaikan agar kemiringannya tidak membahayakan pengguna jalan.
“Solusinya, kami bronjong agar lebih kuat dan air dialirkan melalui saluran baru ke sungai. Harapannya, ini bisa menahan pergerakan tanah seperti di Cireki, Tomo, yang akhirnya dibangun jembatan,” pungkas Dony.(jim)