Rudal Iran Serang Jantung Israel, Rumah Sakit dan Markas Militer Koyak

oleh
Rudal Iran Serang Jantung Israel, Rumah Sakit dan Markas Militer Koyak

RADARSUMEDANG.id, TELAVIV– Gedung-gedung tinggi di Tel Aviv, ibu kota Israel, mampu dirontokkan oleh rudal Iran. Dari video yang ditayangkan Al Jazeera, terlihat sebuah rumah sakit dan gedung hunian jendelanya bolong-bolong, sekitarnya berdebu, dan tentu orang-orang di dalamnya kocar-kacir.

Konon Israel memiliki sistem pertahanan Iron Dome yang sulit ditembus rudal, nyatanya tak mampu menghalau senjata Iran. Rudal sakti seperti apa yang dimiliki Iran?

Berondongan rudal milik Iran menyerang beberapa lokasi di Israel, pada Kamis (19/6). Pusat Medis Soroka di Beersheba, Israel selatan, koyak.

Iran mengatakan, pihaknya menargetkan sebuah lokasi militer dalam serangan itu. Dalam laporan, proyektil Iran menghantam setidaknya enam lokasi lain, termasuk di Tel Aviv dan distriknya Holon serta Ramat Gan.

Petugas tanggap darurat mengatakan sedikitnya 50 orang terluka. Empat orang di antaranya berada dalam kondisi kritis.

Target utama serangan di Beersheba adalah markas besar Komando dan Intelijen. Ada juga kamp intelijen militer di Taman Teknologi Gav-Yam. Fasilitas tersebut berada di sebelah Pusat Medis Soroka.

Pengamat politik Israel Ori Goldberg menyatakan, Israel ingin mengirimkan pesan bahwa Iran menargetkan rumah sakit. “Penting untuk disebutkan bahwa ada instalasi dan markas yang sangat sensitif di dekat rumah sakit karena Israel menempatkan markas militernya di tengah-tengah lingkungan sipil,” katanya.

Dilansir dari understandingwar.org, serangan udara yang dilancarkan Israel ke wilayah barat Iran sejak 12 Juni 2025 dilaporkan telah melemahkan kemampuan militer Iran dalam meluncurkan serangan ke Israel. Akibat serangan tersebut, militer Iran terpaksa memindahkan pasukannya ke wilayah tengah Iran.

Israel Defense Forces (IDF) menyatakan bahwa sebagian besar serangan mereka menyasar peluncur rudal di Iran barat. Akibatnya, Iran kini mencoba meluncurkan rudal balistik dari wilayah Esfahan, yang jaraknya sekitar 1.600 kilometer dari Israel.

Namun, lokasi ini dinilai tidak ideal karena tiga jenis rudal Iran yang sering digunakan, yakni Haj Qassem, Fattah, dan Kheibar Shekan, tidak memiliki jangkauan sejauh itu. Sebagai gantinya, Iran mulai menggunakan rudal jarak jauh seperti Emad, Ghadr, dan Sejjil-1 yang memiliki jangkauan antara 1.700 hingga 2.000 kilometer.

Namun, dua di antaranya, yakni Emad dan Ghadr, memakai bahan bakar cair yang mudah menguap dan sulit dipindahkan. Rudal Sejjil-1 yang menggunakan bahan bakar padat dilaporkan digunakan untuk pertama kalinya oleh Iran pada Rabu lalu (18/6).

Media India Times menyebut penempatan Sejjil dapat menjadi titik balik dalam konflik Israel-Iran. “Mesin berbahan bakar padat dari rudal Sejjil ini berarti memberi sedikit waktu bagi sistem pertahanan Israel untuk membunyikan peringatan atau memberikan reaksi,” tulis laporan tersebut.

Disebutkan pula bahwa rudal tersebut sangat mudah bermanuver dan dirancang untuk menghindari sistem deteksi musuh, sehingga meningkatkan peluangnya untuk menembus sistem Iron Dome dan Arrow milik Israel.

Sementara itu, ABC.net.au menyebutkan Iran sebagai negara di Timur Tengah yang memiliki persediaan rudal balistik terbesar dan paling beragam. Bahkan, Iran pun dengan sengaja memamerkannya.

Gelombang serangan rudal dan pesawat tak berawak telah menerangi langit di seluruh Israel. Beberapa berhasil menerobos sistem pertahanan udara canggih Israel dan menewaskan sedikitnya 13 orang.

Iran diketahui telah mengembangkan rudal jarak jauh selama beberapa dekade. Menurut perkiraan AS, Iran memiliki inventaris sekitar 3.000 rudal balistik sebelum serangan terbaru Israel. Pada Maret lalu, Kepala Komando Pusat AS Kenneth McKenzie memperingatkan peningkatan kekuatan rudal yang dimiliki Iran.

“Rudal Teheran, dikombinasikan dengan potensi nuklirnya, menimbulkan tantangan yang rumit untuk dicegah,” ujarnya.

Sementara misil bertebaran di medan perang, para pemimpin negara tetap sibuk beretorika. Dilansir dari AFP, Kamis (19/6), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menolak tuntutan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menyerah tanpa syarat. Sebelumnya, Trump menyatakan Iran masih memiliki banyak masalah dan ingin bernegosiasi.

Trump sendiri menyampaikan pernyataan yang tidak tegas. “Saya mungkin melakukannya, saya mungkin tidak melakukannya. Maksud saya, tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan,” katanya pada Rabu lalu.

Ia hanya memberikan petunjuk tanpa menyatakan apa yang akan dilakukan secara rinci. Kemarin, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bertemu dengan mitranya dari Inggris. Tujuannya adalah pembicaraan yang difokuskan pada konflik tersebut.

Sikap juga datang dari Korea Utara. Dilansir dari TRT Global, Korea Utara mengutuk agresi militer Israel terhadap Iran. Dalam sebuah pernyataan, Pyongyang menyatakan kekhawatiran serius atas serangan militer Israel terhadap fasilitas sipil, nuklir, dan energi Iran.

Korea Utara juga memperingatkan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa agar tidak melakukan intervensi lebih lanjut. Komentar Korea Utara muncul ketika Trump mengatakan bahwa kesabarannya terhadap Iran telah habis. Pyongyang justru mendesak Washington untuk menahan diri.(jpc)