Banyak Salah Kaprah Tentang Gunung Kunci, Ini Fakta Sebenarnya

oleh
Benteng Belanda Gunung Kunci di Kotakulon, Sumedang, Kamis (31/07/25). Gambar diambil pukul 12.39 WIB (Nurkhalistiani/ Magang/ Radar Sumedang)

RADARSUMEDANG.id, KOTA — Dilihat dari kejauhan, Gunung Kunci yang terletak sekitar 500 meter dari Alun-Alun Sumedang terlihat seperti bukit biasa. Pohon pinus yang rindang dan semilir sejuk angin seringkali membuat orang-orang salah kaprah mengenai cerita yang tersembunyi di baliknya. Tak banyak orang yang tahu, ternyata terdapat Benteng kolonial Belanda yang dulu berperan penting dalam pertahanan militer di masanya.

Dilansir dari SISEMAR Sumedang dan Sumedang Tandang, benteng ini dibangun antara tahun 1914 sampai 1917 dan diresmikan pada 1918. Tidak hanya sebagai tempat persembunyian, bangunan ini juga dirancang sebagai pusat pemantauan militer. Struktur bangunannya terdiri dari tiga lantai: ruang untuk prajurit di lantai dasar, ruang untuk perwira di lantai dua, dan pos pengintai di lantai atas.

Namun, cerita yang beredar di masyarakat sering kali tidak sesuai dengan fakta sejarah. Lorong yang sunyi dan ruangan-ruangan gelap sering disebut sebagai tempat penyiksaan, sumur tua dikaitkan dengan pembuangan jenazah, dan suara kelelawar dianggap sebagai jeritan roh-roh yang menghuni situs ini.

Ajat Supriatna, warga setempat yang juga Balai Pelestarian Kebudayaan yang mengelola situs, menyangkal anggapan tersebut. “Saya sedari kecil tidak pernah melihat apa-apa di sini. Bau menyengat yang sering tercium itu hanya bau kotoran kelelawar yang menempati reruntuhan,” katanya.

Banyaknya konten horor, terutama di platform YouTube, turut memperburuk persepsi publik. Suara kelelawar dan efek gema lorong secara sengaja diubah menjadi narasi menakutkan yang sangat laris dikonsumsi oleh publik. Padahal, menurut data dari situs resmi Sisemar Sumedang, Gunung Kunci merupakan benteng strategis dengan struktur yang relatif canggih untuk masa itu. Bentengnya terdiri dari 17 ruangan dan lorong bawah tanah sepanjang 200 meter. Dindingnya juga dilapisi beton setebal 1 meter. Bangunan ini tersembunyi sebagai bukit agar tidak terlihat oleh musuh.

Alih-alih menjadi destinasi konten mistis, Gunung Kunci pun kini diarahkan menjadi ruang edukatif bagi pelajar, wisatawan, dan keluarga. Hingga sekarang, daerah ini menjadi bagian dari Taman Hutan Raya (Tahura) Gunung Kunci dan Gunung Palasari, sebuah kawasan konservasi yang ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan No.297/Menhut-II/2004 dan diperluas berdasarkan SK No. 692/Menhut-II/2009.(*/MG2)