Radarsumedang.id – Sejumlah warga yang biasa melintas di Jalan Prabu Geusan Ulun tepatnya di sekitar pusat pertokoan barang-barang elektronik meminta Pemerintah Daerah agar memperbaiki trotoar.
Pasalnya trotoar sepanjang kurang lebih 300 meter yang memanjang dari Apotek Pajaji hingga berakhir di salah satu toko handphone tersebut dinilai terlalu licin.
Belakangan diketahui, sudah banyak warga yang merasa dirugikan akibat struktur trotoar yang licin.
Salah seorang warga Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Emi Nurhayati mengaku kesal dengan banyaknya warga yang kerap terjatuh saat melintas trotoar tersebut.
Dikatakan, sebagian material trotoar yang dipasang dinilai licin karena diduga ada material keramik. Padahal trotoar adalah fasilitas publik yang sejatinya bisa dilalui dengan aman tanpa harus membahayakan keselamatan warga masyarakat yang melintas.
“Saya benar-benar kesal trotoar ini dari pertama di bangun selalu makan korban. Kondisinya licin seperti keramik yang baru saja dipel. Bahkan kemarin-kemarin saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, ada ibu-ibu bawa bayi terpeleset saat melintas di trotoar ini hingga si ibunya pingsan,” kata Emi kepada Radar Sumedang di sekitar trotoar, Kamis (12/11).
Diakui Emi dari sisi artistik, memang trotoar dengan wajah baru ini sangat enak dipandang dan indah bak di kota-kota besar. Namun dalam hal ini Dinas PUPR maupun pihak pengembang seakan mengabaikan aspek keselamatan.
Padahal kasus seperti ini sempat mencuat pada beberapa bulan lalu saat awal trotoar tersebut diganti (sebelumnya menggunakan paping block biasa) oleh material batu granit.
Keluhan demi keluhan pun sudah dilayangkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang seperti Dinas PUPR bahkan sampai ke telinga Bupati Sumedang.
Alih-alih diperbaiki atau diganti material trotoar, rupanya upaya yang dilakukan hanya sebatas menaburi cairan kimia supaya tidak terkesan licin.
Sebab disebutkan Emi, bagian tegel (turunan) yang miringnya, kerap membuat warga setempat dan orang lain jatuh terpeleset.
“Kami sudah bosan menjawab pertanyaan orang- orang, kenapa dipasang keramik yang begini. Sudah tak terhitung orang yang jatuh dari mulai anak- anak ibu- ibu, bapak- bapak, tukang baso, Abang becak. Apa harus menunggu korban yang lebih parah lagi untuk mengganti nya, untung rem kaki saya pakem kalau jatuh kemudian dipinggir ada kendaraan lewat gimana, serba salah jadinya,” ujarnya.
Selain Emi, salah seorang juru parkir, Asep juga membenarkan akan hal itu. Menurutnya, para pemilik toko pun sering melihat dan ikut membantu jika ada yang jatuh terpeleset.
“Kami sering menyaksikan orang yang jatuh, mau ditolong dan berteriak juga keburu jatuh. Ada yang terkilir sikutnya, patah jarinya, kemudian ada juga yang pantatnya sakit akibat ‘tigeledug’ (terpeleset),” ucap Asep seraya berharap trotoar segera dibongkar supaya tidak membahayakan.
Sementara Ketua RW 01 Lingkungan Pandai, Kelurahan Regol Wetan, Encep Nadi mengatakan, sebagai Ketua RW dirinya sama sekali tidak pernah mengetahui bahwa semula akan ada perbaikan trotoar.
Trotoar dibongkar dan diganti secara tiba-tiba tanpa koordinasi kepada RW setempat. Padahal trotoar tersebut letaknya berada di wilayah RW yang ia pimpin.
Hingga pernah suatu waktu, dirinya membuat spanduk himbauan agar warga yang melintas lebih berhati-hati jika melintas.
Saking kesalnya dengan fenomena yang biasa terjadi akibat trotoar terlalu licin, pihaknya berencana mengambil tindakan cepat.
Dikatakan, jika sampai dua minggu ini pemerintah belum mengganti atau membongkar trotoar tersebut, pihaknya akan membuat garis pengaman.
“Yang komplain itu bukan warga kami saja tapi masyarakat lain juga protes karena mereka juga jadi korban. Kami akan memasang tali pengaman sepanjang jalan itu daripada ‘nyilakakeun’ (membahayakan). Kalau masih tidak ada perhatian, jangan salahkan warga kala membongkar sendiri trotoar demi keamanan pejalan kaki,” tukasnya.
Terpisah dikonfirmasi, Kabid Bina Marga Dinas PUPR Kabupaten Sumedang, Helmi Hasanudin menjelaskan, keluhan yang disampaikan warga setempat sudah masuk di meja kerjanya.
Untuk itu, Helmi mengapresiasi atas keluhan masyarakat yang bersikap kritik membangun tersebut. Ia pun menganggap hal ini menjadi bahan evaluasi kedepannya.
“Sebetulnya kita pernah mengajukan agar trotoar yang dimaksud itu diperbaiki dengan sistem step noise atau dibuat garis-garis pembatas di setiap potongan batuan. Akan tetapi setelah dikaji, ternyata itu kelihatan jelek dan tidak enak dipandang. Akhirnya kita pakai cairan kimia atau anti slip, tapi sayangnya cairan itu hanya bertahan dua bulan,” kata Helmi didampingi stafnya saat dikonfirmasi sejumlah awak media di Kantor Dinas PUPR.
Diakui Helmi, dari spesifikasi batuan yang digunakan dalam trotoar itu mestinya semua murni batuan granit yang kasar. Namun setelah dilihat lebih detail, terdapat bagian keramik berwarna hitam yang teksturnya cenderung licin.
Karenanya, Helmi yang baru saja menjabat selama dua bulan itu, berjanji bakal segera memperbaiki bahkan mengganti keramik licin itu dengan batuan granit yang mempunyai tekstur kasar sesuai SNI.
“Perlu diketahui batu granit itu ada spesifikasinya, dan yang dipakai di trotoar itu adalah jenis granit R10 dengan tekstur kasar alias tidak licin. Namun setelah dilihat yang menyebabkan terpeleset itu adalah jenis granit R07. Kemungkinan oleh pengembang sengaja dipasang sebagai variasi warna supaya lebih menarik,” jelas Helmi.
Helmi mengungkapkan, trotoar yang hanya dibangun sebagian ini merupakan trotoar yang dibangun sebagai bentuk percontohan. Lebih lagi struktur batuan granit yang dipasang serupa dengan trotoar yang dipasang di proyek jembatan Pasifik yang dibangun pada tahun 2018 lalu.
“Insyaallah dalam waktu dekat ini kami juga sedang ada kegiatan lanjutan untuk menyambungkan trotoar yang dimaksud dengan menggunakan anggaran perubahan senilai Rp. 200 juta. Saat ini sedang menunggu SPK-nya, kemudian pengerjaannya 35 hari kalender sehingga dipastikan selesai pada pertengahan Desember tahun ini,” tutup Helmi. (jim)