RADARSUMEDANG.ID–Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) PGRI Kabupaten Sumedang mengungkapkan sejumlah tantangan dalam menerapkan pembelajaran menghadapi era adaptasi kebiasaan baru (AKB) sekarang ini.
“Selain menerapkan 7 strategi pembelajaran yang disarankan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, TK juga melaksanakan pembelajaran jarak jauh secara daring salah satu dari 7 metode yang disarankan,” ungkap Ketua IGTKI/PGRI Kabupaten Sumedang Hj. Nani Suarni, S.Pd.
Menurut Nani, hal itu dalam praktiknya tidak sama untuk masing-masing lembaga (TK) tetapi masih tergantung kemampuan dan kondisi orangtua. “Sepertinya sebagian besar untuk lembaga (TK, red) yang ada di kota atau yang ada di daerah tidak terkendala sinyal, daring bisa dilaksanakan,” imbuh Nani.
Nani mengungkapkan sejumlah kendala pemebalajaran di masa AKB saat ini mulai dari tidak semua orang tua mempunyai ponsel android; tidak semua orangtua pemakai android selalu tersedia kuota, karena anaknya tidak hanya anak TK saja.
“Misalnya pada saat si anak yang masih SD daring, saudaranya yang sudah SMP daring juga, yang SMA juga sama,” tukasnya.
Kemudian kendala lainnya, sambung Nani, tidak semua orang tua paham apa yang harus dilakukan dalam mendampingi anaknya belajar daring. “Tidak semua orang tua memahami mengapa pembelajaran harus seperti ini (daring, red),” sebut Nani.
Dari sejumlah kendala yang disampaikan guru-guru TK kepada IGTKI Sumedang, Nani menyimpulkan beberapa dampak yang dirasakan. Pertama, menurut Nani, orangtua jadi khawatir karena tidak mempunyai ponsel pintar untuk pembelajaran anaknya dan merasa takut ketinggalan belajar.
“Kedua, terjadi perselisihan di rumah tangga karena keterbatasan media dan kuota, karena masing-masing anak harus menyelesaikan tugasnya tepat waktu,” sebutnya.
Ketiga, lanjut Nani, pembelajaran yang tadinya dilaksanakan secara tatap muka dengan guru di sekolah sekarang harus dilaksanakan di rumah dengan orangtua sebagai pendampingnya. “Dengan kenyataan latar belakang setiap orang tua yang berbeda beda. Beberapa orangtua merasa anaknya susah diajari/tidak nurut,” sebut Nani.
Atas dasar itu pula banyak orangtua mengharapkan segera tatap muka, atau ada beberapa yang menunda memasukkan anaknya karena malas mengajari di rumah.
Untuk mengatasi permasalahan itu, IGTKI Sumedang menyarankan kepada TK-TK di Kabupaten Sumedang empat solusi alternatif, di antaranya: Bagi yang tidak punya ponsel pintar bisa meminta bantuan kepada saudara atau tetangga yang punya ponsel pintar untuk dokumentasi kegiatan anak atau lebih memilih LKS atau home visit; Dokumen hasil kegiatan anak bisa dilaporkan melaui media atau secara tertulis seminggu sekali, tidak tiap hari; Komunikasi positif antara guru dengan orangtua harus selaku dibangun agar dalam menyampaikan pesan pembelajaran mudah diterima oleh orangtua, sehingga ortu tidak mengalami kesulitan mendampingi anak; Sosialisasi BDR (Belajar Dari Rumah ) yang optimal kepada ortu sehingga memahami siapapun tak menginginkan suasana seperti ini, saat ini kita lebih mengedepankan kesehatan, yang penting telaksana pembelajaran di rumah bermakna dan menyenangkan, tak ada yang dibebani melainkan saling melengkapi antara guru dan orang tua.(*/rik)