Tidak Ada Perusakan Lahan dan Pembangunan Villa di Cisoka

oleh
Sebuah danau kecil yang berada di kawasan Cisoka dibangun bukan bagian dari lahan kebun teh, melainkan hanya ngarai kecil yang dibendung untuk tempat wisata disana.

SUMSEL, RADARSUMEDANG.ID–Para pengelola wisata di perkebunan teh Cisoka Margawindu Desa Citengah Kecamatan Sumedang Selatan merasa perlu untuk meluruskan informasi yang simpang-siur yang menuding adanya kegiatan perusakan lahan dan jual beli lahan disana.

“Tidak kami tidak merusak lahan perkebunan apalagi meperjualbelikannya. Kami hanya melakukan kegiatan pemanfaatan lahan dengan menambahkan nilai yaitu dibukanya tempat wisata sebatas bangunan gazebo-gazebo dan beberapa wahana swafoto di kebun teh. Jadi bukan villa istilahnya, kalau villa itu ya seperti yang di Toga, di Ciater dan lainnya yang megah dan permanen. Disini hanya bangunan semi permanen semua,” jelas Dadan, pengelola tempat wisata Jalitri Cisoka baru-baru ini.

Di satu sisi, sebagai petani penggarap teh Cisoka, hasil dari memetik teh sendiri selama ini tidak begitu menguntungkan. Tetapi meski begitu diakui Dadan, pihaknya tetap memelihara dan merawat tanaman teh yang digarapnya itu agar tetap tumbuh baik.

“Seharusnya bukan kami penggarap lahan Cisoka yang dipermasalahkan lantaran buka tempat wisata disini, tetapi yang dipermasalahkan itu yang mempunya hak garap lahan tetapi tidak dirawat kebun tehnya, lihat saja banyak yang tidak terawat, sayang padahal mengurangi estetika sebagai objek wisata kebun teh,” tandasnya.

Bagi warga petani penggarap sendiri, jelas dengan membuka tempat wisata dan bukan villa ini memberikan pemasukan tambahan dibandingkan hanya sekadar mengandalkan hasil panen teh yang tidak seberapa. “Jika selama ini sebulan pemetik teh hanya mendapat pemasukan minim, namun sekarang penghasilan mereka bertambah dengan membuka parkir, warung jajanan, dan spot swafoto, dan tak sedikit yang membuat teh hijau sebagai oleh-oleh pengunjung,” ungkap Dadan.

Sebagai perbandingan, jika perkebunan teh Cisoka sedikit lahannya dimanfaatkan sebagai objek wisata alam, padahal di luar Sumedang banyak juga lahan-lahan perkebunan bahkan hutan yang disulap menjadi objek wisata kekinian dan instagramable.

“Misal di Subang saja di Kasomalang ada Hutan Pinus Cigore, disana ada bazaar, lahan parkir luas di dalam hutan, ada area camping, ada wahana-wahana permainan anak, ada pentas seni kuda renggong, dan banyak wahana swafoto. Mereka berdiri di dalam lahan Perhutani tidak masalah, kok disini dipermasalahkan,” tanya Dadan.

Untuk itu, Dadan bersama para pengelola tempat wisata Cisoka lainnya mengajak kepada pihak-pihak yang mempermasalahkan untuk mau duduk bersama dan mau bicara dengan kepala dingin dan tidak mengutamakan ambisi pribadi.

“Kami para pengelola wisata Cisoka siap bersinergi dengan pihak manapun, jangan hanya mengedepankan kepentingan ambisi pribadi karena hanya secuil kekuasaan,” pungkas Dadan.(rik)