PENDIDIKAN sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak bukan “orang dewasa kecil”. Tubuh dan mental mereka secara kuantitatif tetapi juga secara kualitatif berbeda dari orang dewasa, dan karena itu mereka harus dianggap tidak hanya lebih kecil, tetapi juga berbeda. Program pelatihan yang efektif untuk Pelaku Gaya Hidup Sedenter harus dapat diperhitungkan oleh seorang guru karena kekhasan psiko-fisik dari setiap rentang usia, untuk dapat fokus dan memanfaatkan tingkat kemampuan belajar motorik spesifik terkait usia pada tingkat maksimum supaya tetap terpelihara kebugaran jasmani.
Guru mempunyai peranan penting dalam proses pendidikan menuju masyarakat modern, maka profesionalitas guru merupakan syarat mutlak karena gurulah yang mempersiapkan generasi masa depan dalam menghadapi tantangan zaman yang kompetitif. Fungsi guru bukan lagi sekedar mengajar dan mendidik siswa agar menjadi pintar, tetapi guru di era global juga harus menjadi agen perubahan yang mampu menghantar siswa mentransfer nilai-nilai modern yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakatnya.
Melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar ini diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Physical Education is education through physical activities to the development of total personality of the child and its fulfilment and perfection in body mind and spirit (Flavier, Bertone, Hauw, & Durand, 2002). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Pendidikan Jasmani memberikan pembekalan pengalaman belajar yang diarahkan untuk membina kondisi fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Sajoto (Sajoto, 1995) mengatakan bahwa komponen-komponen kondisi fisik dapat dibagi menjadi sepuluh, yaitu kekuatan (strenght), daya tahan (endurance), daya ledak otot (muscular power), kecepatan (speed), kelentukan (flexibility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), kelincahan (agility), ketepatan (accurary), reaksi (reaction). Salah satu kelemahan anak-anak bahkan sampai dengan masyarakat pada saat ini, apalagi di tengah situasi pandemic ialah perilaku “Gaya Hidup Sedentary”.
Gaya hidup sedentari adalah kebiasaan-kebiasaan dalam hidup yang tidak melibatkan banyak aktivitas fisik, atau dengan kata lain tidak banyak melakukan gerak. Gaya hidup sedentari telah menjadi isu penting di Indonesia maupun seluruh dunia. Hal ini karena sedentari telah terbukti menjadi faktor penyebab meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM). Dan dengan meningkatnya PTM secara otomatis akan menghambat masyarakat memiliki kehidupan yang lebih baik.
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017, tercatat salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia dan dunia adalah PTM, seperti stroke, penyakit jantung dan diabetes mellitus. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dari Kementerian Kesehatan juga menunjukkan bahwa sebesar 24,1 persen penduduk Indonesia menjalani perilaku sedentari lebih dari enam jam dalam satu harinya.
Hal ini menjadi masalah besar untuk pencapaian dari Program Indonesia Sehat (PIS) oleh Kementerian Kesehatan RI. Karena sejatinya Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, salah satu diantaranya yaitu: (1) penerapan paradigma sehat. Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. namun di sisi lain perilaku gaya hidup masyarakat telah berubah seiring perubahan situasi dan kondisi di masa sekarang, sehingga kedepan bukan hanya tidak bugar akan tetapi mulai bermunculan beberapa bibit penyakit tidak menular lainnya.
Ini harus menjadi perhatian bersama ketika kebugaran tubuh melalui berbagai aktivitas fisik tidak mendapat perhatian sajak dini sehingga ini akan mempengaruhi perkembangan aspek-aspek lain dalam peningkatan kesehatan. Jadi sangatlah jelas bahwa kondisi fisik memang dibutuhkan, supaya dapat menunjang pada kesehatan tubuh melalui tugas gerak atau aktivitas fisik apapun tanpa rasa takut, karena pondasi dari kondisi fisik sudah mereka bangun sejak dini.
Lalu apa yang harus dilakukan bagi setiap orang untuk tetap dapat belajar kesehatan serta kebugaran dan selalu mengimplementasikannya kepada kehidupan sehari-hari meskipun dalam kondisi serba terbatas seperti dimasa ini. Solusi pembelajaran itu ialah dengan memanfaatkan teknologi yang turut hadir mencoba untuk menjembatani segala kesulitan yang dialami masyarakat. Melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Perkembangan teknologi yang semakin pesat mempengaruhi gaya hidup yang semakin mencolok. Dikarenakan perkembangan teknologi mempengaruhi model berkomunikasi massa untuk melakukan kegiatan hidup harian.
Salah satunya adalah mengenai model latihan yang banyak menggunakkan alat peraga yang memiliki harga yang cukup tinggi, sehingga tidak mencukupi untuk penggunaan aktivitas fisik. Karenanya pada salah satu materi aktivitas fisik yakni kebugaran jasmani anak perlu diberikan simulasi ataupun contoh dalam setiap aktivitasnya (Fu et al., 2013). Oleh karenanya dibutuhkan media yang mampu membantu dalam kegiatan latihan dan dapat dimanfaatkan dengan baik penggunaannya dalam setiap melakukan aktivitas fisik. Serta pemanfaatannya dapat memberikan dampak potensial yang dapat meningkatkan kualitas diri dalam mempelajari sesuatu.
Munculnya teknologi digital telah menghadirkan peluang dan tantangan baru yang signifikan bagi pendidik, pelatih olahraga. Sampai saat ini, bagaimanapun, penekanannya adalah pada penyediaan akses: beberapa pembuat kebijakan masih tampak berasumsi bahwa sekolah akan menghasilkan manfaat otomatis, terlepas dari bagaimana teknologi ini sebenarnya digunakan. Faktanya, banyak guru dan pelatih tetap menolak intruksi teknologi di dalam kelas atau bahkan tidak melek IT, seringkali karena alasan yang sangat bagus, dan bukti tentang kontribusinya dalam meningkatkan prestasi siswa dengan pemanfaatan teknologi sangatlah minim (LANCASTER, 2007; Skinner, 2016).
Penerapan aplikasi android seperti Balance Exercise (pembelajaran keseimbangan untuk anak) TennBastech (Pembelajaran multilateral untuk pemula) yang telah dikembangkan penulis, merupakan formulasi untuk dijadikan referensi bagi para orangtua, pelatih maupun masyarakat secara umumnya dalam melaksanakan berbagai aktivitas fisik yang dapat dilakukan dimana saja, dan kapan saja tanpa terkendala sarana dan prasarana olahraga. Yang dibutuhkan hanya mendownload aplikasi tersebut di Playstore dan tentunya kuota internet yang memadai. Setelah itu para partisipan dapat dengan mudah dan leluasa melakukan setiap gerakan tersebut di rumah atu dimana saja, sesuai dengan panduan yang tersedia. Dengan demikian, masyarakat dapat mengontrol aktivitas fisik hariannya hanya dengan menggunakan smartphone dengan cara bijak dan terhindar dari gaya hidup sedenter yang cenderung tergolong orang yang malas gerak (Mager).(*)
*)Ditulis oleh Prof. Dr. Tatang Muhtar, M.Si, Dr. Adang Sudrazat, MSI dan Dr. Anggi Setia Lengkana, M.Pd (Ketiganya Dosen UPI Sumedang)