Betapa Hebatnya Menghadirkan Kembali Sosok Pahlawan di Tengah Pandemi

oleh

RADARSUMEDANG.ID, BANDUNG–Hari Pahlawan Nasional yang diperingati pada setiap tanggal 10 November harus dijadikan momentum untuk membangkitkan kembali nasionalisme dan patriotisme meskipun masih bertepatan dengan masa pandemi.

Demikian disampaikan Sekretaris Fraksi PKS DPRD Jawa Barat H Ridwan Solichin, SIP, MSi dalam sebuah kesempatan. Menurut politisi muda PKS Jabar yang karib disapa Kang RinSo, situasi pandemi sekarang ini sedikit banyak berdampak mengendurnya semangat nasionalisme.

“Dengan adanya Hari Pahlawan ini harus dijadikan momentum atau kesempatan mengisi kembali semangat nasionalisme dari anak bangsa yang banyak terdampak pandemi di segala sisi kehidupan,” terang Kang RinSo baru-baru ini.

Hari Pahlawan ini juga harus terus diperingati untuk terus mengenang peran atau jasa para alim ulama serta para santri yang turut berjuang mendirikan negara ini dengan ikut berjuang mengusir penjajah dari Indonesia.

“Kita tahu Hari Pahlawan 10 November ini adalah memperingati momentum heroik perjuangan rakyat Surabaya pada 10 November 1945 dalam melawan Sekutu Inggris. Termasuk di dalamnya ada tokoh pejuang santri yakni Bung Tomo yang mengobarkan semangat perjuangan rakyat Surabaya dengan pekikan takbirnya,” ulas Kang RinSo.

Secara umum, Hari Pahlawan juga, sambung Anggota Komisi 1 DPRD Jawa Barat ini harus juga dijadikan untuk mengenang kembali seluruh jasa pahlawan bangsa ini dari awal hingga saat ini yang namanya masih banyak yang tidak tercatat dalam sejarah.

“Pahlawan itu ada yang tercatat dalam sejarah ada yang belum tercatat dalam sejarah. Sebagai generasi bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya sudah selayaknya pula kita mengambil teladan dari para pahlawan,” imbuhnya.

Menghadirkan sosok pahlawan di masa kini akan menjadi afirmasi positif dalam perubahan. Sebab menurut Kang RinSo, sosok Suryadi Suryaningrat atau dikenal Ki Hajar Dewantara di masa pergerakan nasional terbilang cukup frontal menentang penjajah dengan pemikirannya.

“Saat itu Ki Hajar Dewantara kerap membuat poster-poster Pangeran Diponegoro dalam mengkritisi pemerintah Hindia Belanda saat itu. Meskipun hanya dengan poster Diponegoro, hanya berupa gambar namun bisa membuat Belanda gusar kepada Ki Hajar Dewantara sebagi salah satu tokoh penting dari Tiga Serangkai di masa itu,” ulasnya.

Pasalnya, yang dikhawatirkan oleh Belanda saat itu, bukan dengan poster gambar Pangeran Diponegoronya, tetapi dampak yang dari spirit Pangeran Diponegoro yang dihadirkan kembali mampu menyadarkan bangsa Indonesia waktu itu untuk menentang Belanda.

“Jadi begitu hebatnya sebetulnya dengan sosok pahlawan itu dalam kehidupan kita. Selain menghadirkan kembali semangat perjuangan para pahlawan bangsa di masa kini, tentu juga memiliki pahlawan sendiri di kehidupan sehari-hari yang juga penting tidak kalah penting,” pungkasnya.(*/rik)