Oknum Kepala Desa dan Anaknya Diduga Pukul Warga Hingga Dirawat di RSUD, Begini Kejadiannya

oleh
FOR RADARSUMEDANG.ID DIRAWAT: Harnoko (38) warga Desa Sarimekar, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang sedang dirawat di RSUD Sumedang.

RADARSUMEDANG.ID – Harnoko (38) warga Desa Sarimekar, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang dilarikan ke RSUD Sumedang diduga setelah mendapat pukulan dari Kepala Desa setempat berinisial US dan anaknya berinisial G. Harnoko yang sebelumnya sempat mendapat perawatan di Puskesmas Jatinunggal itu menjadi korban atas dugaan penganiayaan.

 

Berdasarkan informasi yang diterima RADARSUMEDANG.ID, pemukulan terhadap korban terjadi di halaman kantor Desa Sarimekar. Selain itu, menurut pengakuan dari istri korban Desi (42), kejadian dipicu oleh masalah utang piutang antara sang Kades dengan suaminya.

 

“Suami saya pamit mau nagih hutang ke pak kuwu (kepala desa), karena janjinya sekitar awal Desember. Cuman enggak tahu kenapa tiba-tiba jadi bonyok saja,” kata Desi saat dikonfirmasi wartawan, Senin (5/12) sore.

 

Adapun saat penganiayaan tersebut, suaminya tidak sendirian. Melainkan dengan kakak dari suaminya (kakak ipar). “Saat ditanya sama suami, kalau kakak suami dipukul oleh kepala desa, dan suami saya dipukul sama anaknya,” ujarnya.

 

Disinggung mengenai motif dari penganiayaan tersebut, Desi menyebutkan ada hubungannya dengan masalah hutang piutang proyek pembangunan jalan Jatigede, kurang lebih senilai Rp 280 juta. “Saya berharap ini diselesaikan secara damai,” ucapnya.

 

Sementara berdasarkan keterangan dari salah seorang perawat Puskesmas Jatinunggal, Emin, korban datang bersama kakaknya dan mengeluhkan usai dipukul seseorang. “Korban (Harnoko) mengalami lebam biru di bagian bawah kelopak mata kanan dan lebam di bagian alis atas, luka lecet siku kanan dan kiri, kemudian mengalami pendarahan di hidung satu kali, dan sempat muntah-muntah,” ungkap Emin.

 

Sementara dimintai tanggapannya, Kepala Desa Sarimekar, US, mengklarifikasi atas apa yang terjadi antara dirinya, sang anak, Harnoko dan kakaknya.

 

Kata US, permasalahan tersebut bukanlah disebabkan oleh masalah utang piutang. Melainkan karena adanya permasalahan jual beli rumah.

 

“Jadi masalahnya bukan penganiayaan. Kebetulan yang bersangkutan anak saya, dan yang menjadi lawan anak saya adalah korban Harnoko,” sebut US saat dikonfirmasi wartawan, Senin (5/12) petang.

 

Ia menjelaskan bagaimana awal dari permasalahan tersebut, yang mana korban Harnoko sempat menawarkan rumah ke anaknya. “Bahkan sudah ada uang masuk sejumlah Rp 50 juta. Jadi uang sudah masuk, tapi rumah tidak ada, uang juga tidak ada,” kata US.

 

Bahkan terang US, sang anak sempat akan melaporkan Harnoko atas dugaan penipuan. Namun hal itu urung dilakukan karena dilarang olehnya.

 

“Kebetulan itu bukan uang anak saya, tapi mertuanya, dan tadi mertuanya nagih. Sama saya dijelaskan, bahwa uang yang dimaksud bukan sama anak-anak, melainkan masuk ke Harnoko yang nawarin rumah,” terang US.

 

Oleh karenanya, US menyarankan besan atau mertua anaknya untuk menemui langsung Harnoko, dengan maksud mempertanyakan perkara jual beli rumah tersebut. “Setelah ditemui, istri anak saya malah dikasarin sama Harnoko. Lalu cekcok di desa sama anak saya. Disana saya coba lerai dan tidak ada masalah,” imbuh US.

 

Namun situasi kembali memanas, dikala Kakak dari Harnoko yang bernama Agus diduga menjadi provokator sehingga membuat suasana menjadi tidak terkendali.

 

“Pokoknya bicara segala sehingga jadi rame. Sama saya dan perangkat desa dilerai. Anak saya dipegang sama polisi desa, lalu saya megang kakaknya Harnoko agar tidak mengeroyok,” ungkap US.

 

Sedangkan pada saat itu, Harnoko tidak ada yang memegang. “Akhirnya dia sempat menjambak rambut anak saya. Lalu saat tidak terkendali, anak saya mukul sekali dan Harnoko langsung ambruk,” tambah US.

 

Kendati demikian dikatakan US, dirinya membantah bahwa soal proyek yang dikatakan Harnoko tentang proyek Jatigede, dapat dipastikan jika hal tersebut hanya rekayasa yang dibuat oleh Agus (kakak Harnoko).

 

“Kalau saya tidak merasa mukul, karena posisi tangan saya aja masih sakit. Bahkan setelah dipisahkan, kakak-nya Harnoko ini sempat kembali lagi bawa batu. Banyak saksinya,” katanya.

 

Di tempat berbeda, Ketua Asosiasi Perangkat Desa Indonesia (Apdesi) Kabupaten Sumedang Welly Sanjaya mengaku prihatin.

 

Dirinya yang kebetulan usai menengok korban dugaan penganiayaan di RSUD Sumedang menyebutkan, jika pihaknya menyerahkan terhadap proses hukum yang sedang dilakukan oleh Polres Sumedang.

 

“Saya sudah serahkan pada proses hukum. Biar nanti hukum yang membuktikan,” kata Welly.

 

Welly berharap, kedua belah pihak dapat segera bertemu dan menyelesaikan permasalahan tersebut secara baik-baik. “Masalah bantuan hukum, kita lihat dulu bagaimana dari DPMD dan dewan penasihat. Saat ini saya hormati proses hukum yang sedang berjalan,” jelas Welly. (jim)