Ratusan Warga Surian Merasa Kena ‘Prank’ Terkait Penyelesaian Jalan Lingkar Bendungan Sadawarna

oleh
PANJI/RADARSUMEDANG.ID UNJUK RASA: Untuk pertama kalinya warga Surian melakukan aksi unras ke PPS, Rabu (14/12) menuntut penyelesaian jalan lingkar yang belum terselesaikan.

RADARSUMEDANG.ID – Ratusan warga Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang melakukan aksi unjuk rasa pada Rabu (14/12). Unjuk rasa kepada Pemerintah Daerah dan DPRD Sumedang terkait dengan penyelesaian jalan lingkar Bendungan Sadawarna di Surian yang menggenangi tiga perbatasan kabupaten yakni Sumedang-Indramayu-Subang.

 

Mereka yang merupakan tokoh pemuda, tokoh agama dan tokoh masyarakat di Surian menuntut Pemerintah Daerah bersama DPRD juga BBWS Citarum menindaklanjuti jalan PUK yang tergenang Bendungan Sadawarna.

 

Perwakilan warga Surian, Usman Bayu mengatakan, warga di sekitar Bendungan Sadawarna kena ‘prank’ (dibohongi) oleh janji manis BBWS. Pasalnya penyelesaian jalan lingkar kanan Bendungan Sadawarna tidak sesuai dengan janji manis BBWS.

 

“Semula percobaan penggenangan jalan utama masih bisa dipakai dan jalan lingkar masih bisa dilalui oleh kendaraan. Namun pada kenyataannya tidak sesuai yang dijanjikan. Akibatnya akses transportasi lumpuh total, dan meski ada perahu ada kekhawatiran soal keamanan,” kata Usman Bayu.

 

Ia mengaku kecewa lantaran pihak BBWS Citarum yang seharusnya hadir di hadapan warga rupanya absen. Padahal warga sudah jauh-jauh berangkat siang hari melewati ganasnya jalan rusak di Surian untuk mencetak sejarah bahwa, untuk pertama kalinya warga Surian melakukan aksi unras ke Pemda.

 

“Kami minta segera dibangun jalan lingkar, karena jalan lingkar utama terendam dan itu janjinya enggak akan kerendam. Terus yang kedua jalan lingkar kanan akan dibangun, kenyataannya dua-duanya enggak bisa dilewati bahkan sangat membahayakan. Padahal kalau berkaca dari musibah banjir, itu sudah diprediksi bakal tergenang dan kami selalu dibodohi oleh BBWS,” ujarnya.

 

Kendati demikian dijelaskan Usman, meskipun sehari-hari untuk mobilitas sosial warga pakai perahu, namun antriannya sangat panjang. “Kondisi jalan lingkar baru (lingkar kanan) itu masih tanah (tadinya sawah) dan itu pun baru 9 kilometer dari total 11 kilometer. Sehingga 2 kilometer lagi belum diapa-apakan. Jalan ini merupakan akses ke Subang-Indramayu karena mayoritas bekerja di Tekwang, dan itu ada yang dari Hariang, Tanjungmedar. Belum lagi yang sekolah dari Tanjung – Nanggerang ke SMPN 1 Surian,” terang Usman.

 

Sementara dimintai tanggapannya, Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Sumedang, Dede Suwarman mengaku geram lantaran pihak BBWS Citarum tidak hadir menemui keluhan warga.

 

“Undangan BBWS Citanduy Citarum sudah dilayangkan oleh pimpinan DPRD, akan tetapi tidak datang padahal mereka yang harus bertanggungjawab. Jangan hanya bikin aja kegiatan di kita, dan kita sebagai salah satu tuan rumah, kemudian kepentingan airnya untuk Indramayu dan Subang, sementara masalahnya ke kita,” tukas Dede Suwarman.

 

Politisi PDI-P ini juga mengaku kaget lantaran Bendungan Sadawarna digenang secara tiba-tiba, namun jalan lingkar belum selesai. “Saya sampai nanya sejauh mana Pemerintah Daerah mengetahui hal itu. Apalagi ini proyek nasional, tidak boleh kita membendung bendungan sementara jalan lingkar belum selesai. Sekarang pakai perahu, tapi kalau terjadi apa-apa siapa yang bertanggungjawab,” imbuh Dede Suwarman.

 

“Dari dulu saya sudah sampaikan setiap paripurna bahwa amanat Undang-undang Nomor 2 tahun 2012 pasal 5, pihak yang berhak melepaskan haknya mendapatkan uang ganti rugi. Pasal 4 harus ada keseimbangan antara pembangunan dengan kepentingan masyarakat. Saya yakin permasalahan ini tidak akan selesai tanggal 20 besok, susah itu,” tambahnya.

 

Ia juga mengungkapkan masih ada beberapa lahan yang belum terbayarkan dalam pembangunan bendungan sadawarna.

 

“Dua kali saya FGD di Desa Suriamedal, saya cari data. Hasilnya masih ada 38 tanah yang belum terbayarkan. Bayangkan, susah digenang, jalan lingkar juga digenang, masalah belum selesai. Pokoknya aspirasi ini saya sampaikan ke Pak TB Hasanuddin (Anggota DPR RI Fraksi PDI-P),” katanya.

 

Sebagai informasi Bendungan Sadawarna merupakan salah satu Program Strategis Nasional di bidang Sumber Daya Air. Bendungan ini mampu menampung 44,61 juta m3 untuk mensuplai irigasi seluas 4.500 hektare di Kabupaten Subang dan Indramayu. Diharapkan suplai air irigasi dari Bendungan Sadawarna dapat membantu petani meningkatkan intensitas tanamnya jika dibandingkan dengan metode tadah hujan yang hanya satu kali dalam setahun.

 

Bendungan Sadawarna juga dipersiapkan untuk memasok air baku sebesar 0,36 hingga 1 m3/detik untuk Kawasan Pelabuhan Patimban dan Pantura Jawa Barat, khususnya Kabupaten Subang, Indramayu, dan Sumedang, serta memiliki potensi sumber pembangkit listrik sebesar (PLTA) sebesar 2 MW.

 

Bendungan Sadawarna membendung Daerah Aliran Sungai Cipunagara yang memiliki panjang 137 Km mengalir dari Gunung Bukit Tunggul di Pegunungan Bandung Utara dan bermuara ke Laut Jawa, tepatnya di wilayah utara Jawa Barat. Dengan luas genangan 720 hektar, bendungan ini berpotensi mereduksi banjir di 3 kabupaten yang dilalui DAS Cipunagara yakni Subang, Sumedang, dan Indramayu sebesar 26,90 m3/detik.

 

Bendungan Sadawarna dibangun sejak dimulainya kontrak pada November 2018 dan ditargetkan selesai Agustus 2022. Pembangunannya dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR dengan total biaya APBN sebesar Rp 1,9 triliun. (jim/net)