AMBRUK, Setelah 47 Tahun Jembatan Cianda tak Pernah Dirawat

oleh
FOR RADARSUMEDANG.ID MELINTAS : Sejumlah siswa SD dibantu polisi dan aparat desa, melintasi badan Jembatan Cianda yang ambruk. Jembatan ambruk karena usianya lapuk dimakan usia dan tak pernah tersentuh pemeliharaan.

RADARSUMEDANG.ID Jembatan Cianda di Dusun Nelgasari, Desa Babakanasem, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang ambruk pada Senin (6/2) dini hari. Jembatan itu menghubungkan Desa Babakanasem dengan Desa Cipelang Kecamatan Ujungjaya.

 

Akibat jembatan ambruk akses tersebut tak bisa dilalui kendaraan. Warga hanya bisa berjalan kaki melintasi badan jalan yang ambruk di satu sisinya, dengan esktra hati-hati. Bahkan pada Senin pagi, sejumlah anak SD Negeri Nelgasari harus menyeberangi Sungai Cianda untuk pergi ke sekolah.

 

“Tadinya tidak bisa dilintasi, jadi warga pada nyebrang sungai, termasuk anak-anak sekolah,” kata Kepala Desa Babakanasem, Emid Koswara.

 

Untuk penanganan sementara, perangkat desa bersama warga dan polisi serta tentara membuat pijakan dari tanah dan batu di sisi jembatan yang putus, sehingga bisa dilewati pejalan kaki. Adapun jembatan yang ambruk sepanjang 25 meter dengan lebar 4 meter.

 

“Kemungkinan jembatan ambruk karena sudah tua. Sejak dibangun tahun 1976 memang belum pernah tersentuh pemeliharaan. Ditambah terus-terusan digerus air sungai,” ungkapnya.

 

Sebetulnya, sambung Emid, pihak desa sudah berkali-kali melaporkan kondisi jembatan yang lapuk dan rentan ambruk. Meskipun sudah ada beberapa kali peninjauan oleh dinas terkait, namun tidak ada tindak lanjut.

 

Kapolsek Conggeang, AKP Adang Sobari mengatakan, ambruknya jembatan tersebut terjadi akibat rentetan kerusakan. Dimana sebelumnya sempat jembatan tersebut ambles di salah satu titik hingga akhirnya ambruk. “Sebelumnya kan sempat ambles dan ada korban (pemotor terperosok) juga,” katanya.

 

Adang menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah desa serta BBWS Cimanuk-Cisanggarung untuk dibuatkan jembatan darurat agar warga melintasi dengan aman.

 

“Untuk aktivitas warga, untuk menjaga keselamatan jangan melintas ke jalan ini, kalau ada juga harus ada yang mendampingi karena berbahaya. Kami sudah berkoordinasi dengan pihak desa untuk kedepannya membuat jembatan darurat, agar warga bisa melintas untuk sementara waktu,” tuturnya.

 

Saat ini, akses menuju jembatan penghubung antar desa di dua kecamatan telah dipasang garis polisi agar tidak ada warga yang mendekat. Namun, akses kendaraan dialihkan sementara dengan jarak tempuh yang lebih jauh sekitar 6 kilometer.

 

Salah seorang warga, Leni Marliana mengatakan, meski ada rasa takut, dirinya yang sehari-hari berjualan ke SD Negeri Nelgasari, terpaksa nekat menyebrangi sungai. Bahkan, anak sekolah yang hendak berangkat pun harus dibopong.

 

“Saya juga tadi nekat lewat, terus mau gimana lagi untuk berjualan sampai nyebur ke air. Terus anak sekolah yang mau ke sekolah harus dibopong,” kata Leni Marliana.

 

Warga berharap kepada pemerintah agar secepatnya memperbaiki jembatan yang ambruk. Karena, jembatan tersebut dinilai sangat dibutuhkan untuk aktivitas warga dan anak sekolah. Sehingga, aktivitas perekonomian warga dan pendidikan bisa kembali normal.

 

“Kalau keinginan saya cepet-cepet diperbaiki, agar aktivitas warga tidak terhambat. Karena ini kan akses warga terdekat,” ucapnya. (gun)