Layanan Bidan Desa dan Puskesmas Dipertanyakan

oleh

PAMULIHAN – Andita Mega Risfanti (25), warga Dusun Cikubang RT 01 RW 05 Desa Citali, Kecamatan Pamulihan harus rela kehilangan calon jabang bayinya karena mengalami keguguran setelah terjadi flek dan pendarahan.

Sebelumnya, pihak keluarga mempertanyakan Bidan Desa dan Bidan Puskesmas karena pada saat kejadian keduanya sempat dihubungi keluarga namun tidak merespon.

“Dihari kedua lebaran idul fitri atau Minggu (23/04) adik perempuan saya diusia kandungan yang baru 11 minggu mengalami pendarahan hebat sekitar jam 20.00 wib, sehingga perlu pertolongan medis secepatnya,” ujar keluarga korban Wawan Aldo kepada Radar Sumedang. Selasa (25/04/2023).

Aldo menambakan, saat keluarga menghubungi Bidan Desa dan Bidan Puskesmas melalui Telephone Whatsapp namun tidak ada jawaban. Begitupun Bidan Desa Desa tetangga.

“Karena bingung, saya bertanya ke teman dan memberikan solusi agar dibawa ke Puskesmas Tanjungsari, maka sekitar pukul 22.30 wib, kami langsung membawanya ke Puskesmas Tanjungsari,” tambahnya.

Aldo mengaku, Bidan di Puskesmas Tanjungsari sangat antusias memberikan pertolongan, sampai akhirnya setelah 2 jam Observasi diperolehkan pulang dan disarankan esok harinya ke Dokter untuk dilakukan USG.

“Esoknya setelah USG, Dokter menyarankan untuk dikuret karena jabang bayi tidak bisa diselamatkan. Akhirnya dibawa ke RS AMC sekitar pukul 22.00 wib,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Pamulihan Dudung mengatakan, permasalahan tersebut karena ada missed komunikasi dan sudah clear diselesaikan bersama pihak keluarga.

“Selama libur bersama idul fitri, Puskesmas Pamulihan tetap melayani pasien karena ada yang piket 24 jam dibagi 3 ship, sementara 1 tim lagi piket di Posko kesehatan Gate Tol Pamulihan,” ujarnya saat dihubungi Radar Sumedang.

Dudung mengaku, sebelumnya keluarga pasien menghubungi Bidan Desa via telephone, sekitar subuh ada chat ke Bidan Desa katanya ada flek darah sedikit, oleh bidan Desa disarankan untuk istirahat total.

“Bidan desa sempat menyarankan apabila pendarahan banyak, secepatnya ke Puskesmas atau susul bidan desa, jarak 1 jam ada menghubungi kembali, namun tidak diangkat karena Bidan desa sedang tidak memegang handphone,” tambahnya.

Setelah mengetahui ada telepon masuk, kata ia, Bidan Desa mencoba menghubungi kembali yang menelepon, menanyakan kondisi pasien, namun sudah dibawa ke Puskesmas Tanjungsari.

“Initnya ada miskomunikasi, keluarga pasien menghubungi via whatsapp, padahal kami standby buka 24 jam, di Puskesmas ada Posko ada yang piket pagi, siang dan malam, termasuk ada juga yang piket di posko mudik di Get Tol Pamulihan,” tambahnya.

Menurutnya, di Desa Citali ada dua Bidan yakni Bidan Desa dan Bidan Puskesmas, telepon dari keluarga pasien sempat direspon Bidan puskesmas dan diberikan saran agar segera dibawa ke Poned karena mengalami pendarahan yang memerlukan tindakan secepatnya. (tha).