Malam Tahun Baru yang Mencekam

oleh

RADARSUMEDANG.id, KOTA – Rentetan gempa tektonik mengguncang Kabupaten Sumedang. Dari catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, lima gempa bumi terjadi menjelang momen malam pergantian tahun baru.

Gempa pertama terjadi pada hari Minggu 31 Januari 2023 pada pukul 14.48 dengan kekuatan magnitudo 4,1. Lalu disusul gempa kedua pada pukul 15.38 berkekuatan magnitudo 3,6. Guncangan gempa paling kuat dirasakan di wilayah Sumedang Utara, Sumedang Selatan, dan Cimalaka.

Kemudian, gempa terparah terjadi pada 20.38, dengan berkekuatan 4,8. Gempa ketiga inilah yang menyebabkan ratusan rumah di tiga kecamatan mengalami kerusakan. Setelah itu, gempa lebih kecil terjadi sekitar pukul 23.23, dan yang terakhir Senin (1/1) pada pukul 03.47. Semua gempa berkedalaman kurang dari 10 kilometer.

Pantauan di lapangan, pascadiguncang rentetan gempa, ratusan warga memilih tidur di luar rumah. Sebagian di tenda darurat yang dibangun pemerintah, sementara sebagian lagi memilih tidur di teras maupun halaman rumah. Selain itu gempa juga merusak dinding tiga ruangan RSUD Sumedang.

Pj Bupati Sumedang, Herman Suryatman mengatakan, dampak gempa paling parah terjadi di Lingkungan Babakan Hurip Kelurahan Kota Kaler Kecamatan Sumedang Utara. Dimana tercatat 53 bangunan rumah rusak, dan sekira 200 jiwa terdampak.

“Ada 138 rumah rusak ringan, 110 rusak berat, dan 456 pengungsi. Kemudian sebelas orang luka-luka, sembilan sudah di boleh pulang, satu dirawat di RSUD Sumedang, dan satu lagi dirawat ke Bandung,” kata Herman, saat meninjau dampak gempa di Babakan Hurip, Senin (1/1).

Dampak gempa, juga membuat malam pergantian tahun mencekam. Pascagempa ketiga, ratusan pasien RSUD dievakuasi keluar gedung. Mereka pun bermalam di sejumlah tenda yang didirikan di halaman rumah sakit, dan Jln Prabu Geusan Ulun depan RSUD Sumedang.

“Pasien yang ada di luar kurang lebih 108 di depan rumah sakit, 45 di halaman belakang rumah sakit,” imbuhnya.

Untuk memudahkan penanganan pascagempa, Pemda Sumedang menetapkan status Tanggap Darurat Bencana.

“Kami melakukan langkah-langkah penanganan, termasuk hari ini kami telah menentukan bahwa Sumedang dalam keadaan Tanggap Darurat Bencana. Ini untuk memudahkan penanganan, termasuk supporting budget untuk membantu warga masyarakat yang terkena bencana,” ucap Herman.

Salah seorang warga Babakan Hurip, Dadan (50) menuturkan, akibat gempa, rumahnya rusak pada bagian dinding. Ia mengatakan kerusakan terjadi saat gempa ketiga, yang dirasanya sangat kuat.

“Saya sedang nonton TV sama keluarga. Tiba-tiba ada gempa lagi, kami semua langsung keluar, alhamdulilah semua selamat,” tuturnya.

Warga lainnya, Titi, mengaku masih trauma atas rentetan gempa mengguncang pusat kota Sumedang. Bahkan, Titi dan keluarganya untuk sementara memilih tinggal di tenda pengungsian, sampai situasi dirasa aman.

“Masih agak trauma masuk ke rumah, jadi ngungsi saja di sini (tenda) karena takut ada gempa susulan,” imbuhnya.

Sedangkan untuk para pasien rumah sakit, akhirnya bisa kembali ke ruang perawatan pada Senin siang. Ini setelah dilakukan kajian oleh pihak Dinas PUPR, bahwa meskipun terjadi sejumlah retakan, namun bangunan RSUD Sumedang masih dalam kondisi aman.

“Kami evakuasi kembali semua pasien ke ruangan. Kami akan lakukan pengecekan ulang kondisi pasien. Mudah-mudahan semua pasien dalam keadaan baik,” kata Direktur RSUD Sumedang, dr. Enceng.

Pihak BMKG pun belum bisa memastikan aktivitas sesar mana yang menyebabkan rentetan gempa yang terjadi di Sumedang.

“Kami belum bisa mengidentifikasi dari aktivitas sesar apa. Namun kami pastikan gempa Sumedang ini dari aktivitas sesar lokal yang ada,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu.

Namun jika melihat tren dua gempa susulan terakhir yang berkekuatan sekira 2 magnitudo, maka diprediksi kekuatan gempa susulan sudah menurun. Namun pihaknya tetap mewanti-wanti masyarakat agar tetap waspada, terutama yang rumahnya sudah terdampak gempa.

“Namun tetap kami sampaikan masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan terutama satu minggu kedepan, karena kami belum bisa prediksi gempa susulannya seperti apa,” tuturnya.

Disinggung gempa diakibatkan aktivitas sesar Tanjungsari, Teguh pun menegaskan belum bisa memastikan.

“Masih perlu kajian ulang. Mudah-mudahan kami di lapangan bisa secepatnya ambil data agar bisa segera menjustifikasi sesar apa,” ujarnya. (gun)