Amazing, Ada ‘Situs Batu Bernyanyi’ yang Mirip Gunung Padang di Desa Nagrak Buahdua 

oleh
Ilustrasi

RADARSUMEDANG.ID, KOTA –  Temuan benda-benda purbakala di Kabupaten Sumedang terus dieksplorasi oleh para peneliti melalui pendampingan langsung dari bidang kebudayaan pada Disparbudpora Kabupaten Sumedang.

Meski bukan temuan baru, namun Bidang Kebudayaan Disparbudpora Kabupaten Sumedang memastikan bahwa batu-batuan yang nyaris tersusun di Blok Pasir Landak, Desa Nagrak, Kecamatan Buahdua diketahui dapat mengeluarkan suara dengan notasi yang berbeda-beda.

Kepala Bidang Kebudayaan pada Disparbudpora Kabupaten Sumedang, Moh. Budi Akbar mengatakan secara jenis struktur batuan yang biasa disebut Columnar Joint ini rupanya bukan batuan biasa. 

Terlebih dikatakan Budi, struktur batuan ini memiliki dampak ilmu pengetahuan yang sangat tinggi sehingga dapat menarik para akademisi untuk mengetahui lebih dalam mengenai fenomena struktur batuan tersebut.

“Jadi ada sebuah istilah yang dinamakan Columnar Joint, yang mana itu adalah salah satu fenomena struktur geologi yang terdiri dari kolom-kolom poligonal. Biasanya berbentuk batang-batang poligon persegi delapan, persegi enam dan tersusun relatif seragam dengan rapi. Akan tetapi saya merasa aneh ketika melihat Columnar Joint yang ada di Pasir Landak ini tidak tersusun rapi, padahal biasanya kan tersusun,” kata Budi saat ditemui sejumlah awak media di ruang kerjanya, Jumat (21/6/2024).

Kabid Kebudayaan pada Disparbudpora Kabupaten Sumedang, Moh. Budi Akbar saat meninjau langsung lokasi struktur batuan purba yang diduga merupakan Columnar Joint (hampir mirip dengan yang ada di Gunung Padang) di Blok Pasir Landak Desa Nagrak, Kecamatan Buahdua.

Saking herannya, selalu terpikir olehnya sejauh mana keterlibatan umat manusia pada saat itu. Atau sejauh mana faktor alam dapat mempengaruhi struktur batuan yang hampir menyerupai struktur batuan di situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur ini.

“Jadi karena tidak tersusun rapi, di terus terpikir apakah bekas dieksploitasi oleh manusia pada zaman itu atau ada proses biologi lain. Apakah mungkin karena gempa, atau gunung meletus, oleh karena itu ini menjadi hal yang sangat menarik,” ujarnya.

Disisi lain lanjut Budi, berdasarkan literatur fenomena Columnar Joint  terbentuk dari lava dingin dengan proses jutaan tahun yang lalu terus menjadi batu, sehingga memiliki struktur yang sama.

“Columnar Joint ini ada yang dimanfaatkan oleh manusia dan ada yang tidak, yang dimaksud tidak dimanfaatkan itu masih murni yang berada di alam dan belum tersentuh oleh manusia. Akan tetapi setelah saya cek langsung ke lokasi, dan kemudian saya pukul beberapa baru ternyata berbunyi. Jadi ini lebih membingungkan lagi seolah seperti memikirkan sebuah paradoks,” sebut Budi.
Alhasil untuk sedikit menyelesaikan rasa penasarannya, ia sempat menanyakan kepada peneliti Kementerian ESDM yaitu Dr. Unggul.

“Saya tanyakan kenapa batu Columnar Joint yang ada di Desa Nagrak ini bisa mengeluarkan nada. Kemudian jawabannya menurut beliau, kemungkinan ada bagian tidak menempel ke tanah, jadi mirip gamelan kaya batu tabung di Gunung Padang,” ungkap Budi.

Oleh sebab itu tutup Budi, melihat kondisi yang unik, langka, dan pasti berdampak pada ilmu pengetahuan. Pihaknya bersama para ahli akan mencoba kembali ke lokasi tersebut guna meneliti lebih lanjut sekaligus mencari sejauh mana potensi yang dapat dimanfaatkan oleh Pemda.

“Insya Allah untuk kedepannya melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Sumedang, mari kita sama-sama manfaatkan untuk kajian, penelitian. Bahkan ini juga menjadi potensi untuk menarik wisatawan ke Sumedang,” katanya. (jim)