RADARSUMEDANG.id, KOTA – Sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Sumedang menyatakan kesiapan mereka untuk mulai menerapkan sistem pembelajaran lima hari dalam sepekan.
Kebijakan ini memungkinkan kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung hanya dari Senin hingga Jumat, tanpa kegiatan belajar formal pada hari Sabtu.
BACA JUGA: Tunjangan Guru Honorer Non-sertifikasi Cair Mulai Mei 2025, Ini Syaratnya!
Sekretaris Dinas Pendidikan Sumedang, Dr. Eka Ganjar Kurniawan, mengatakan bahwa penerapan sistem ini dimungkinkan selama tidak mengurangi total jam pelajaran sesuai ketentuan kurikulum.
“Pelaksanaan kegiatan belajar sampai hari Jumat tanpa masuk hari Sabtu bukan masalah, yang penting jam belajar tetap terpenuhi sesuai kurikulum,” kata Eka kepada Radar Sumedang, Sabtu (12/4/2025).
Menurutnya, kebijakan ini memberi ruang lebih bagi siswa dan guru untuk beristirahat atau melakukan aktivitas lain di akhir pekan, selama efektivitas pembelajaran tetap terjaga.
“Penerapan lima hari sekolah ini merupakan langkah efisiensi sekaligus penyesuaian pola belajar yang lebih seimbang antara aspek akademik dan waktu luang,” jelasnya.
Kebijakan ini juga diyakini dapat memberi waktu tambahan bagi pengembangan karakter siswa serta meningkatkan keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak.
“Hari Sabtu dan Minggu bisa dimanfaatkan siswa untuk kegiatan keluarga, keagamaan, ekstrakurikuler, atau pengembangan minat dan bakat. Termasuk untuk program penguatan pendidikan karakter (PPK) dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang bisa lebih fleksibel dilaksanakan di luar jam akademik,” tambahnya.
Namun, Eka juga mengingatkan bahwa tidak semua wilayah siap menerapkan sistem ini. Terutama daerah yang masih memiliki keterbatasan fasilitas atau jumlah guru.
“Oleh karena itu, sistem ini tidak bisa diberlakukan secara seragam di seluruh Indonesia. Pemerintah daerah dan sekolah punya kewenangan menyesuaikan penerapannya dengan kondisi lokal,” ucapnya.
Ia juga menyoroti dampak lain yang perlu dipertimbangkan, seperti kesulitan yang mungkin dialami anak-anak dengan orang tua bekerja penuh waktu, jika tidak ada aktivitas sekolah di akhir pekan.
“Kalau jadwalnya tidak disusun dengan bijak, justru bisa menambah tekanan akademik,” ujarnya.
Sebagai informasi, kebijakan sekolah lima hari ini mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak era Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan keseimbangan kehidupan siswa. (jim)