Dinas Pertanian Sumedang Terapkan Pola Tanam Sesuai Iklim Mikro, Gandeng Pakar UI

oleh
Sejumlah petani saat akan menanam padi di lahan persawahan di salah satu wilayah di Kabupaten Sumedang.

RADARSUMEDANG.id, KOTA – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang mulai menerapkan pendekatan baru dalam sektor pertanian dengan mengacu pada kondisi iklim mikro atau cuaca berskala kecil yang lebih spesifik.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang, Sajidin, menyebut pihaknya menggandeng pakar dari Universitas Indonesia (UI) untuk memberikan pembekalan kepada para petani tentang pemanfaatan data cuaca mikro dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

“Ada bimbingan langsung dari Prof. Yunita. Beliau membantu para petani memahami iklim mikro. Selama ini kita hanya mengandalkan prakiraan cuaca dari BMKG yang bersifat zonasi atau makro,” kata Sajidin saat ditemui Radar Sumedang di kantornya, Kamis (18/4/2025).

Ia menjelaskan bahwa kondisi iklim mikro bisa berbeda antarwilayah, meskipun letaknya berdekatan. Dengan pemahaman ini, petani diharapkan dapat menyesuaikan jadwal tanam secara lebih tepat, sehingga potensi gagal panen bisa ditekan.

“Pola ini sebenarnya sudah diterapkan oleh UPTD Pertanian di Cimalaka. Mereka menanam ubi jalar dengan menyesuaikan pola iklim, sehingga bisa menghindari serangan lanas—yang selama ini jadi kendala utama dalam budidaya ubi jalar,” jelasnya.

Ia mencontohkan, ketika musim hujan diselingi kemarau sebanyak tiga kali, lalu turun hujan kembali, petani di Cimalaka sudah mampu menyesuaikan pola tanamnya.

Lebih lanjut, Sajidin juga menyinggung soal dampak peningkatan suhu udara terhadap tanaman padi. “Kalau suhu naik satu derajat saja, bisa menurunkan hasil panen padi hingga satu persen, meskipun varietas padinya sama. Kalau 1 ton, berarti sekitar 10 kilogram bisa hilang,” ungkapnya.

Ia menambahkan, pada musim tanam pertama tahun 2024, hasil panen padi mencapai 32 ton. Namun, dengan adanya perubahan iklim pada musim tanam berikutnya, potensi penurunan produktivitas bisa terjadi.

“Oleh karena itu, penting bagi petani mempelajari dan menerapkan pengetahuan ini. Kami akan menyelenggarakan sosialisasi serupa ke seluruh desa agar pola tanam berbasis iklim mikro bisa diterapkan lebih luas,” tuturnya.

Menurut Sajidin, pendekatan ini tidak hanya berorientasi pada hasil panen, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan.

“Misalnya, jika di Ciherang diprediksi akan turun hujan lebat, maka petani di sekitar bisa diinformasikan untuk menanam jenis tanaman tertentu yang cocok dengan kondisi tersebut. Jadi, jangan hanya bicara soal bantuan alat pertanian, tapi juga dorong kemandirian melalui pengetahuan seperti ini,” pungkasnya. (jim)