Upacara Adat Ngalaksa 2025 di Rancakalong Digelar 13–18 Mei, Ini Rangkaian Acaranya

oleh

RADARSUMEDANG.id, KOTA – Upacara adat Ngalaksa dipastikan kembali digelar pada 13 hingga 18 Mei 2025 di Bale Adat Desa Wisata Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang.

Tradisi turun-temurun yang menjadi agenda tahunan Kabupaten Sumedang ini sudah matang dari sisi perencanaan dan pelaksanaannya. Kepala Desa Rancakalong yang juga Ketua Panitia Ngalaksa, H. Wawan Suwandi, menyampaikan bahwa tema tahun ini adalah Nata Budaya, Mupusti Tradisi, Ajen Inajen Adat Luluhur.

“Rangkaian acara dimulai dari pembukaan hingga puncak dan penutupan, secara bertahap dilaksanakan selama enam hari,” ujar Wawan usai bertemu Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, di Gedung Negara, Selasa (6/5/2025).

Rangkaian kegiatan mencakup:

  • Netepkeun (tawasul dan doa bersama)

  • Meuseul Bakal (menumbuk padi awal untuk bahan laksa)

  • Nyiraman (menyiram padi tumbuk dengan air combrang)

  • Meuseul Akhir (menghaluskan padi menjadi tepung)

  • Nyepitan (mengaduk adonan laksa)

  • Nyinjangan (membungkus adonan laksa)

  • Ngulub (merebus laksa)

  • Ngineubkeun (penutupan)

  • Ngabagikeun (pembagian laksa ke masyarakat)

Kegiatan ditutup dengan prosesi Wawarin pada 21 Mei 2025, yang merupakan forum evaluasi dan pembahasan hasil kegiatan.

Wawan berharap, pelaksanaan Ngalaksa kali ini lebih semarak dan bermakna dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Kesuksesan acara ini memerlukan gotong royong seluruh warga, dukungan para pegiat budaya, serta peran aktif dari pemerintah desa, kecamatan, hingga kabupaten. Kami juga berharap Pak Bupati bisa hadir,” ujarnya.

Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, menyambut baik penyelenggaraan Ngalaksa dan menyatakan kesiapannya hadir. Ia menegaskan bahwa tradisi ini merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan lintas generasi.

“Ngalaksa bukan sekadar seremoni. Ini identitas budaya kita yang sarat nilai spiritual, kebersamaan, dan penghormatan pada leluhur. Jangan sampai tradisi ini terputus di generasi kita,” katanya.

Dony juga berharap Ngalaksa tahun ini memberikan dampak edukatif terutama bagi generasi muda. “Anak muda harus dikenalkan dengan budaya lokal agar tumbuh rasa memiliki dan melestarikannya,” tambahnya.

Panitia juga menetapkan sejumlah aturan bagi pengunjung selama berlangsungnya upacara adat. Pengunjung wajib mengenakan pakaian sopan, tidak mengganggu prosesi, serta tidak diperbolehkan menggunakan alas kaki saat berada di panggung pagelaran Bale Adat.

Pengambilan dokumentasi juga harus menjaga kesopanan dan tidak mengganggu jalannya acara. Ponsel wajib dalam mode senyap, dan bagi yang ingin mewawancarai narasumber, wajib berkoordinasi dengan panitia.

“Pengunjung juga dilarang memasuki area Bale Adat dalam keadaan tidak sadar atau di bawah pengaruh alkohol. Kami juga mengimbau untuk menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan,” tegas Wawan.

Sebagai informasi, upacara Ngalaksa adalah bentuk rasa syukur masyarakat Rancakalong atas hasil panen padi yang melimpah. Kata “Ngalaksa” berasal dari bahasa Sunda yang berarti membawa padi ke lumbung. Prosesi ini ditandai dengan iring-iringan warga berpakaian adat, diiringi musik tradisional seperti angklung dan dogdog lojor, menciptakan suasana budaya yang kental dan penuh makna. (jim)