RADARSUMEDANG.id, KOTA – Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengapresiasi langkah Pemkab Sumedang yang bekerja sama dengan Kodim 0610/Sumedang dalam menyelenggarakan program pra-Pendidikan Karakter dan Wawasan Kebangsaan bagi siswa-siswi dengan latar belakang permasalahan sosial.
Menurut KDM, program yang dikenal dengan nama Maung (Manusia Unggul) Sumedang ini tak lagi memerlukan arahan khusus dari dirinya, karena telah dijalankan dengan proses teknis yang baik, termasuk penyaringan (screening) kesehatan fisik dan psikologis sebelum peserta masuk ke barak militer.
“Ini bisa menjadi model penyelenggaraan pendidikan di tempat lain. Mereka memantau dan mencatat perkembangan peserta sebelum dan sesudah menjalani pendidikan,” ujar KDM saat kunjungan ke Makodim 0610/Sumedang, belum lama ini.
KDM menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk membentuk kebugaran dan disiplin anak-anak melalui pelatihan fisik dan olahraga di lingkungan barak militer.
“Dengan pelatihan ini, mereka dituntut untuk berolahraga. Kalau tidak dibawa ke sini, mereka tidak akan berolahraga. Karena di rumah mereka cenderung melawan, dimanjakan ibu, dan ayahnya tidak berdaya,” katanya.
KDM juga menyarankan kepada Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, agar setelah pendidikan di barak, para remaja tersebut ditempatkan di bangunan khusus untuk melanjutkan pelatihan keterampilan.
“Setelah dari barak militer, siapkan asrama haji untuk sekolah mereka. Itu bisa digunakan sampai musim haji berikutnya. Ajaran keterampilan bisa dilakukan oleh kepala sekolah dan guru BK dari kalangan sipil, sementara pembinaannya tetap dari TNI secara bertahap,” tuturnya.
Ia juga menyarankan pemanfaatan lingkungan sekitar Kodim untuk pelatihan kewirausahaan. “Saya lihat ada anak sungai. Coba kanan kiri dibuat tempat pelihara ikan, diberi makan tiap hari. Ajarkan juga pemilahan sampah organik dan anorganik,” tambahnya.
Lebih jauh, KDM menegaskan bahwa karena program ini bersifat tidak permanen dan para peserta nantinya kembali ke lingkungan asal, maka lingkungan sosial mereka juga harus dibenahi.
“Babinsa dan Bhabinkamtibmas di kampungnya harus berani menegur dan menindak. Harus ada pola yang jelas karena selama ini banyak pembiaran,” katanya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, dr. Fartika Dewi, Sp.KFR, mengungkapkan bahwa tim medis melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, termasuk psikotes dan screening kebugaran. Seluruh data peserta kemudian dimasukkan secara digital ke dalam Sistem Manajemen Edukasi Kebugaran Terpadu (Simeut).
Dari 41 peserta yang diperiksa, secara fisik seluruhnya dinyatakan sehat. Namun dari aspek kebugaran, banyak ditemukan masalah seperti kurang tidur, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, konsumsi alkohol, dan kecanduan gawai.
Sebanyak 11 peserta juga dikonsultasikan ke bagian gizi, karena 9 orang mengalami kekurangan berat badan, dan 2 orang kelebihan berat badan. Sisanya, sebanyak 30 orang, memiliki berat badan normal.
Secara psikologis, ditemukan pula bahwa tiga siswi menyatakan tidak ingin sekolah lagi. Beberapa peserta perempuan juga mengalami dampak negatif dari media sosial, yang menyebabkan mereka kurang fokus dalam belajar.
Yang cukup mencemaskan, sebanyak 36 peserta telah terbiasa merokok, termasuk di antaranya para siswi. Dari segi kenakalan, teridentifikasi 16 orang dengan kategori kenakalan sedang, 14 berat, dan 11 ringan.
“Secara psikologis, mereka menunjukkan kesulitan dalam skala emosional, perilaku hiperaktif, dan masalah dengan teman sebaya. Satu anak bisa memiliki lebih dari satu aspek gangguan, namun yang paling menonjol adalah kesulitan berinteraksi kecuali saat bermain game online,” jelas dr. Fartika.