RADARSUMEDANG.id, SURIAN – Kerusakan parah masih terlihat di ruas jalan penghubung Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Subang, tepatnya di kawasan Haurpapak, Desa Surian, Kecamatan Surian. Jalan kabupaten yang menjadi akses vital ini telah ambles selama puluhan tahun akibat kondisi tanah yang labil dan hingga kini belum mendapat penanganan permanen.
Pantauan Radarsumedang.id pada Rabu (30/7), kondisi jalan tampak memprihatinkan. Lapisan tanah menutupi beronjong di bagian bawah, membuat permukaan jalan tidak rata dan membahayakan pengendara. Tak sedikit pengguna jalan, terutama pengendara motor, terpaksa ekstra hati-hati saat melintas.
Seorang warga, Aas Siti (47), mengaku selalu waswas saat melewati jalan tersebut. Ia bahkan kerap menurunkan penumpangnya saat melintas karena khawatir terjatuh.
“Ya, takut jatuh. Sudah lama rusak. Kapan dibagusin? Kalau jalannya bagus, saya enggak perlu turunin penumpang di tengah jalan,” ujarnya.
Kerusakan di Haurpapak ini, menurut warga lain bernama Dedi (52), terjadi karena jalur tersebut merupakan pengganti jalan lama yang sebelumnya longsor. Namun, jalur alternatif ini juga mengalami ambles sepanjang sekitar 50 meter.
“Jalan yang lama longsor, pindah ke sini, malah lebih parah. Sudah beberapa kali diperbaiki, tapi ambles lagi. Kalau musim hujan lebih parah, mobil susah lewat, motor masih bisa,” keluh Dedi.
Permasalahan jalan ini bukan hanya menghambat aktivitas warga, tetapi juga membahayakan keselamatan pengguna jalan. Jalur ini merupakan satu-satunya akses utama bagi warga dari sembilan desa di Kecamatan Surian.
“Kalau musim hujan, jalannya licin dan rawan terjebak. Sudah banyak kendaraan yang tergelincir,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menyatakan bahwa pemerintah telah melakukan kajian teknis untuk mengalihkan jalur dari kawasan tanah labil itu. Ia menegaskan komitmen Pemkab Sumedang untuk menuntaskan persoalan ini.
“Surian punya sembilan desa. Jalan ke Wanajaya, Wanasari, Pemekarsari sudah relatif bagus. Tahun ini tinggal satu titik lagi, yaitu Haurpapak. Tapi karena tanahnya labil, sudah tiga kali dibangun tetap rusak. Kami sudah kaji, dan rencana ke depan akan alihkan jalurnya,” jelas Dony.
Masyarakat berharap hasil kajian tersebut segera direalisasikan agar akses jalan lebih aman dan tidak terus-menerus mengancam keselamatan.
Selain kerusakan di Haurpapak, kerusakan serupa juga terjadi di ruas Jalan Lingkar Bendungan Sadawarna, khususnya di Lingkar Timur. Sedikitnya lima titik ambles tercatat di kawasan tersebut, menambah daftar panjang infrastruktur yang perlu segera ditangani.