Petani Ubi Cilembu Sumedang Keluhkan Biaya Produksi Tinggi dan Kekurangan Air

oleh
Petani ubi Cilembu Di Dusun Ciledug, RT 01 RW 05, Desa Sukasirnarasa, Kecamatan Rancakalong, Engkos Kosasih

RADARSUMEDANG.id, RANCAKALONG – Ubi Cilembu, komoditas unggulan asal Kabupaten Sumedang, tetap menjadi primadona di pasar meski para petaninya menghadapi tantangan berat berupa tingginya biaya produksi dan keterbatasan pasokan air.

Di Dusun Ciledug, RT 01 RW 05, Desa Sukasirnarasa, Kecamatan Rancakalong, para petani terlihat sibuk membersihkan lahan dari rumput liar di bawah terik matahari demi memastikan tanaman terbebas dari gulma yang dapat menghambat pertumbuhan.

Salah satu petani senior, Engkos Kosasih, telah menekuni budidaya ubi Cilembu hampir 12 tahun. Dari lahan pribadi seluas 100 bata, ia mampu menghasilkan hingga dua ton ubi berkualitas. Namun, jika kondisi tanah kurang mendukung, hasilnya turun menjadi sekitar 1,5 ton.

“Proses dari penanaman hingga panen memakan waktu sekitar lima bulan. Saat ini harga jual di tingkat petani mencapai Rp6.000 per kilogram dan biasanya langsung dibeli tengkulak bahkan sebelum panen,” ujar Engkos kepada Radar Sumedang di lahan miliknya, Sabtu (9/8/2025).

Meski peluang pasar terbuka lebar, biaya produksi tetap menjadi beban. Pupuk yang dibeli di toko pertanian setempat mencapai Rp280 ribu per karung ukuran 50 kilogram. Harga ini cukup memberatkan meski masih bisa dijangkau. Para petani berharap adanya bantuan atau subsidi pupuk agar biaya produksi bisa ditekan.

Keterbatasan pasokan air, terutama di musim kemarau panjang, juga menjadi kendala. Penyiraman minimal dilakukan seminggu sekali, tetapi jika air tidak mencukupi, ukuran ubi mengecil dan teksturnya menjadi keras.

“Kalau air cukup, hasilnya bagus. Tapi kalau kering, kualitas ubi menurun,” kata Engkos.

Ia menambahkan, dari 100 bata lahan, hasil penjualan ubi siap panen bisa mencapai sekitar Rp12 juta, namun harus dikurangi biaya produksi yang cukup besar.

“Kami para petani berharap pemerintah lebih memperhatikan keberlangsungan usaha tani ubi Cilembu, dengan menyediakan pupuk berkualitas dan terjangkau, pelatihan teknis, serta dukungan pemasaran,” harapnya.

Ubi Cilembu bukan sekadar komoditas pangan, melainkan bagian dari warisan kuliner Sumedang yang mendunia. Di balik manis rasanya, tersimpan kisah ketekunan para petani di kaki pegunungan Rancakalong yang terus berjuang menjaga kualitas dan kelestarian ubi unggulan ini.(jim)