RADARSUMEDANG.id, JATINANGOR– Praktisi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN), Dr. Riswanda, Ph.D, mengungkap fenomena memprihatinkan terkait penyalahgunaan narkotika yang semakin meluas di kalangan masyarakat dewasa ini.
Hal ini disampaikan oleh Riswanda saat menjadi narasumber dalam bimbingan teknis P4GN yang dihadiri oleh perwakilan dari kalangan dunia usaha, baru-baru ini di Hotel Puri Khatulistiwa, Jatinangor.
Menurut Riswanda, dari hasil kajian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), ditemukan bahwa penyalahgunaan narkotika telah merambah ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk usia kerja dan produktif.
“Banyak pekerja di usia produktif yang terjerembab dalam jeratan narkotika, yang tentu saja mengancam produktivitas mereka di dunia kerja,” jelas Riswanda.
Tidak hanya itu, penyalahgunaan narkotika juga merambah ke dunia pendidikan, mulai dari jenjang SD hingga perguruan tinggi. “Fakta ini sangat mengkhawatirkan, banyak siswa dan mahasiswa yang sudah terpapar narkoba,” lanjut Riswanda.
Riswanda juga menyoroti kondisi di sektor swasta yang menjadi salah satu tempat rawan penyalahgunaan narkotika. Berdasarkan pemetaan BNN RI, dunia kerja sektor swasta telah masuk tiga besar dalam kategori pengguna narkotika.
Di Jawa Barat, angka penyalahgunaan narkoba juga terbilang tinggi, dan hal ini patut menjadi perhatian serius bagi seluruh elemen masyarakat, termasuk di Kabupaten Sumedang.
Dari segi jenis narkotika yang digunakan, terjadi peningkatan penggunaan zat stimulan seperti sabu-sabu, ekstasi, dan sejenisnya. Riswanda juga menambahkan bahwa penggunaan narkotika di kalangan perempuan meningkat signifikan, dan bahkan ada narkotika yang kini dibuat menyerupai alat kosmetik, yang membuat deteksinya semakin sulit.
“Dampak penyalahgunaan narkotika ini sangat besar bagi dunia usaha. Jika banyak pekerja terpapar narkotika, produktivitas perusahaan akan menurun, dan dalam jangka panjang, perusahaan bisa terganggu kinerjanya,” tegas Riswanda.
Dalam kesempatan tersebut, Riswanda juga memberikan pesan kepada para peserta bimbingan teknis yang berasal dari kalangan dunia usaha. Ia mendorong mereka untuk mengetahui tanda-tanda penyalahgunaan narkoba dan melakukan deteksi dini di tempat kerja masing-masing.
“Deteksi dini bisa dilakukan dengan bersinergi bersama BNN. Hal ini penting agar dapat segera ditangani sebelum berdampak lebih jauh terhadap perusahaan,” tambahnya.
Riswanda juga memaparkan beberapa tempat di dunia usaha yang rawan menjadi lokasi penyalahgunaan narkotika.
“Biasanya di kantor, penyalahgunaan narkoba sering dilakukan di toilet atau WC. Selain itu, ruang bos juga menjadi salah satu tempat rawan. Sementara di luar dunia usaha, penyalahgunaan sering terjadi di rumah atau tempat-tempat sepi, seperti kuburan,” ungkap Riswanda.
Ia menjelaskan bahwa mendeteksi orang yang terpengaruh narkoba sebenarnya cukup mudah. “Seseorang yang menggunakan narkoba biasanya akan terlihat sangat percaya diri, bahkan kadang berlebihan. Sebaliknya, jika ia berhenti menggunakannya, rasa percaya diri tersebut akan hilang,” bebernya.
Riswanda berharap bimbingan teknis ini dapat meningkatkan kesadaran para pelaku usaha dalam menjaga lingkungan kerja yang sehat dan bebas narkoba. Dengan demikian, produktivitas dan kesejahteraan pekerja bisa tetap terjaga.(rik)