Tujuh Peluang Ekonomi Saat Pandemi

oleh
Rapat Forum Asisten Ekonomi Pembangunan se Jawa Barat
Rapat Forum Asisten Ekonomi Pembangunan se Jawa Barat

RADARSUMEDANG.id, BANDUNG- Pandemi COVID-19 memukul telak perekonomian dunia, termasuk Jawa Barat (Jabar). Kegiatan ekonomi pun lumpuh karena pembatasan mobilitas besar-besaran. Meski begitu, pandemi COVID-19 tidak hanya menghadirkan tantangan, tetapi juga peluang yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya melalui kolaborasi dan inovasi.

Demikian kesimpulan dalam Forum Asisten Perekonomian dan Pembangunan se-Jabar yang berlangsung via konferensi video, Rabu (17/11/2021). Acara tersebut menghadirkan Ketua KPED Jabar Ipong Witono, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jabar Herawanto, dan Kepala OJK Regional 2 Jabar Indarto Budiwitono sebagai narasumber.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jabar Setiawan Wangsaatmaja menuturkan, ada tujuh peluang ekonomi Jabar pascapandemi COVID-19. Tujuh peluang ekonomi merupakan hasil studi perusahaan konsultan manajemen internasional Oliver Wyman. Peluang pertama, katanya, otomatisasi industri manufaktur.

“Mau tidak mau, kita ini harus otomatisasi di bidang manufaktur. Ini menjadi penting di masa pandemi dan pascapandemi. Kedua, digital inovasi. Ketiga, Global Investment. Ini salah satu yang harus kita kejar. Global Investment di sini bahwa kita ini adalah salah satu yang menjadi tujuan untuk investasi. Keunggulan kita dari infrastruktur, SDM-nya, kemudian posisi Jabar dekat dengan Ibu Kota,” kata Setiawan saat memberikan sambutan.

Peluang keempat adalah healthcare. Menurut Setiawan, pandemi COVID-19 mendorong semua pihak untuk memperkuat sistem kesehatan, termasuk Jabar. Penguatan tersebut harus terus dilakukan pascapandemi. Dengan menghadirkan sistem kesehatan yang kuat, Jabar dapat menjadi rujukan banyak pihak untuk berobat.

“Memang ada bisnis yang menjanjikan apabila kita terus kita asah di Jabar ini. Salah satunya dari healthcare. Jadi sesegera mungkin, healthcare ini kita naikan standarisasinya,” ucapnya.

“Momen COVID ini harus kita manfaatkan. Banyak sekali alat-alat kesehatan yang kita adakan. Apalagi penguatan Puskesmas sampai Rumah Sakit. Sekalian kita perbaiki situasi ini. Kalau kita unggul di bidang healthcare ini pasti kurang lebih banyak yang mau berobat ke Jabar. Jadi, jadikanlah wisata kesehatan ke Jabar,” imbuhnya.

Setiawan menjelaskan, peluang ekonomi Jabar yang kelima pascapandemi COVID-19 adalah National Self Dependency. Salah satunya, ketahanan pangan. Keenam, sustainbility atau keberlanjutnya. Menurutnya, Jabar sendiri sudah mulai fokus pada energi-energi baru terbarukan. Ia mencontohkan bagaimana industri di Cirata sudah menggunakan solar cell.

“Yang tidak kalah penting adalah tourism atau pariwisata. Secara geografis kita punya. Oleh karena itu, betul-betul tourism pasca-COVID ini harus seperti apa,” tuturnya.

Setiawan berharap Asisten Daerah (Asda) Bidang Ekonomi dan Pembangunan di Jabar dapat memanfaatkan ketujuh peluang ekonomi tersebut. Apalagi, pemerintah pusat sudah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2021 sebagai komitmen percepatan pembangunan Kawasan Rebana dan Jabar bagian selatan.

“Saya berharap banyak, khususnya Asda yang membidangi pembangunan ini memiliki common sense bahwa ini peluang-peluang (ekonomi di Jabar),” ucapnya.

“Saya yakinkan bahwa bapak-bapak ini punya peran penting di wilayahnya masing-masing. Karena memang pada saat pandemi dan pascapandemi orientasinya seperti itu,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua KPED Jabar Ipong Witono mengatakan bahwa pandemi COVID-19 mendorong seluruh pihak untuk merumuskan transformasi kebijakan ekonomi. Ipong menuturkan bahwa hal tersebut merupakan salah satu hikmah dari pandemi.

KPED Jabar sendiri, kata Ipong, terus berupaya mengintegrasikan kebijakan-kebijakan parsial di sektor ketahanan pangan, UMKM, manufaktur, transportasi, logistik, dan keuangan, dengan membangun supply chain centre.

“Kami sedang merumuskan transformasi kebijakan ekonomi, hikmah dari pandemi, yaitu supply chain centre yang mengintegrasikan kebijakan-kebijakan parsial,” kata Ipong.

Supply chain centre menjadi faktor penting untuk meningkatkan daya saing berbagai sektor perekonomian. Supply chain centre berperan menghubungkan suplier bahan baku maupun bahan baku tambahan dengan  IKM/UKM maupun IMB/UMB yang menjadi produsen.

Supply chain centre pun bisa menghubungkan produsen dengan konsumen. Selain linkage, supply chain centre dapat berperan mempertemukan suplier, produsen, dan konsumen dengan sumber-sumber pembiayaan.

“Supply Chain Centre mengintegrasikan hulu dan hilir dengan model yang kita buat dengan model terbatas. Kita mau uji coba dulu dengan membuat satu replikasi. Kemarin akan mendapat di sektor peternakan. Terus juga kita membuka linkage ke UMKM. Supply chain centre ini semoga bisa mengintegrasikan kebijakan parsial,” tuturnya.

Menurut Ipong, selain supply chain centre, KPED Jabar intens menggelorakan kredo Silih Tulungan bahwa setiap insan Jabar sejatinya adalah pelaku pemulihan eknomi. Dengan taat pada prokes, masyarakat telah memberikan kontribusi pada pemulihan ekonomi Jabar.

“Kita mendorong keterlibatan masyarakat dalam kredo Silih Tulungan dan membawa optimisme ini ke sektor-sektor masyarakat. Ada lomba, workshop, podcast, video series, dan termasuk juga vokasi up skilling dari UMKM,” ucapnya.

“Lomba Komik misalnya, ternyata dapat mendorong sektor penerbitan dan percetakan. Kita ingin melibatkan masyarakat untuk bisa sama-sama melihat tantangan ini menjadi tantangan bersama. Tidak hanya yang sifatnya top-down, tapi yang sifatnya bottom-up,” imbuhnya.

Tadi sudah disampaikan terkait rantai pasok oleh BI, sudah juga oleh OJK. Setelah hampir satu tahun bersama-sama, kami sedang merumuskan transformasi kebijakan ekonomi, hikmah dari pandemi, yaitu supply chain center yang mengintegrasikan kebijakan-kebijakan parsial di sektor ketahanan pangan, umkm, manufaktur, transportasi logistik, dan keuangan.

Dalam forum yang penting ini, kami meminta kesediaan BI dan OJK untuk sama-sama bisa duduk. Kami sudah dua bulan membahas mendalam dan mendapat dukungan dari teman-teman dinas antara lain dari divisi-divisi.

Penyusunan komoditas unggulan ini juga menjadi program-program yang sangat penting dan ketahanan pangan menjadi skala prioritas. Karena diprediksi, setelah situasi pandemi ini, kita akan menghadapi cobaan lagi yaitu krisis pangan yang diakibatkan claim a change. Ini akan menjadi satu ekosistem baru. Ini mendapat hikmah untuk dapat memenuhi kebutuhan kita sendiri.

Kita mendorong keterlibatan masyarakat dalam kredo Silih Tulungan dan membawa optimisme ini ke sektor-sektor masyarakat. Ada lomba workshop, podcast, video series, dan termasuk juga vokasi up skiling dari UMKM.

Lomba Komik: Penerbitan dan percetakan. Kita ingin melibatkan masyarakat untuk bisa sama-sama melihat tantangan ini menjadi tantangan bersama. Tidak hanya yang sifatnya Top-Down, tapi yang sifatnya Bottom-Up.

Provinsi Jabar membutuhkan Supply Chain Centre terintegrasi untuk mentransformasi perekonomian sekaligus meningkatkan daya saing pelaku usaha di Jabar pada masa depan.

Hal itu dikatakan Wakil Ketua Kadin Jabar Bidang Logistik Aldo Fantinus Wiyana dalam Dialog Transformasi Ekonomi Jabar yang diselenggarakan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Jabar secara virtual, Senin (20/9/2021).

Menurut Aldo, supply chain centre menjadi faktor penting untuk meningkatkan daya saing berbagai sektor perekonomian. Mulai dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), tekstil, industri manufaktur, sampai e-commerce.

“Kalau kita lihat, ini berdasarkan data Ministry of Finance, logistic cost kita terhadap GDP (Gross Domestic Product) masih sekitar 27 persen. Kalau negara lain sudah 16 persen, di Jepang 10 persen,” katanya.

Aldo menuturkan, biaya logistik terbesar ada di sektor transportasi yang mencapai 12 persen. Biaya logistik yang besar membuat barang menjadi mahal dan tidak kompetitif di pasar.

“Sehingga produk itu waktu sampai ke konsumen dari pertama bahan baku menjadi mahal,” ucapnya.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad Ina Primiana mengatakan, supply chain centre berperan menghubungkan suplier bahan baku maupun bahan baku tambahan dengan  IKM/UKM maupun IMB/UMB yang menjadi produsen. Supply chain centre pun bisa menghubungkan produsen dengan konsumen.

Selain lingkage, supply chain centre dapat berperan mempertemukan suplier, produsen, dan konsumen dengan sumber-sumber pembiayaan.

“Bisa saja saat linkage ditemukan peluang-peluang untuk jadi pemasok tapi tidak ada barangnya impor. Padahal di sini kemungkinan bisa dikembangkan. Supply chain centre harus bisa juga melihat itu. Karena Jabar terkenal dengan industri dan penuh kreativitas orang-orangnya,” tuturnya.

Ada sejumlah hal yang perlu disiapkan manakala Provinsi Jabar akan menjalankan supply chain centre. Pertama, data base industri hulu dan hilir atau sentra produksi yang menggambarkan bahan baku atau bahan baku penolong yang digunakan, kebutuhan transportasi, kebutuhan pembiayaan, pasar, dan kendala yang dihadapi.

“Kedua, membuat peta supply chain setiap sektor untuk mengetahui peluang linkage antara industri hulu dan hilir atau peluang pasar. Ketiga, melakukan kolaborasi dan integrasi antara instansi, lembaga, kementerian, dengan mengetahui perannya masing-masing untuk memperkuat keberadaan supply chain centre. Terakhir membuat kebijakan yang dibutuhkan,” ucapnya.

Ketua Harian Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar Ipong Witono mengatakan, supply chain centre dapat mendorong daya saing wilayah menjadi kompetitif, memperpendek rantai pasok, dan mendorong kesetimbangan baru perdagangan antar wilayah.

“Selain tentunya supply chain centre yang akan kita bahas dan akan bergulir ke depannya, kita ingin mendorong mekanisme menciptakan iklim usaha yang sehat, berkeadilan, dan setara, melalui kebijakan transformasi yang berbasis digitalisasi,” ucap Ipong.(cwp)