Sambut Tahun Baru Saka dan Muharram dalam Ritual Mapag Pabaru Saka 1957

oleh
Masyarakat adat Dusun Ciwaru Desa Cisarua Kecamatan Cisarua, menggelar ritual dalam rangka Mapag Pabaru Saka 1957, sekaligus menyambut Tahun Baru Islam 1445 Hijriyah, pada Senin (31/7) malam. Peringatan ini juga dipadukan dengan ritual ritual Hajat Lembur.

RADARSUMEDANG.ID, CISARUA – Masyarakat adat Dusun Ciwaru Desa Cisarua Kecamatan Cisarua, menggelar ritual dalam rangka Mapag Pabaru Saka 1957, sekaligus menyambut Tahun Baru Islam 1445 Hijriyah, pada Senin (31/7) malam.

Peringatan ini juga dipadukan dengan ritual ritual Hajat Lembur. Berbagai kegiatan mengisi acara tersebut, diantaranya kirab, upacara adat pangbagea, sedekah kubro, tawasul, ngaguar falsafah, nyawer Nyai Sri, celempungan, makan bersama, dan ketuk tilu.

Ratusan warga dari mulai kalangan anak-anak, hingga dewasa mengikuti dan menyaksikan acara tersebut.

Ketua Panitia, Acep Manggala mengatakan, di Dusun Ciwaru, acara meriah dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam baru pertama kali digelar.

“Sebelumnya suka ada namun tak sebesar ini, hanya ngabubur syuro saja. Tapi sekarang kami kolaborasi dengan semua elemen masyarakat yang ada di Ciwaru,” katanya.

Tujuannya, sambung Acep, pihaknya ingin menggali, memperkenalkan, dan melestarikan budaya leluhur yang saat ini dinilai sudah susah dikenal oleh generasi sekarang.

Adapun makna dari kegiatan tersebut, warga bisa bersatu, guyub lewat seni budaya, saluyu sabilulungan, dan gotong-royong.

“Jadi ada nilai yang berlaku di tanah kami yang dirasa sekarang mulai menghilang. Makannya kami mulai menggali dulu, lalu kami perkenalkan ke generasi selanjutnya, dan untuk melestarikan nilai-nilai tersebut,” ujarnya.

Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumedang, Budi Akbar, yang hadir dalam kegiatan itu mengatakan, Pemda sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.

“Ini budaya yang masih lestari di Cisarua. Banyak nilai-nilai budaya yang patut dicontoh, ditiru, diterapkan ke peserta didik yang masih layak dikembangkan, dimanfaatkan, dan dijaga kelestariannya, untuk memberikan edukasi kepada para generasi kekinian terkait nilai budaya yang terkandung didalamnya,” ujar Budi.

Lebih jauhnya diharapkan kegiatan itu tetap berlanjut dan dilakukan secara kontinyu. Sebab menjadi implementasi Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS).

“Sangat menunjang kami di Bidang Kebudayaan. Yaitu terkait perlindungan, pemanfaatan warisan budaya. Kegiatan ini harus berjalan secara konsisten, sehingga bisa diupayakan mendapat dukungan lebih dari pemerintah,” tuturnya. (gun)