RADARSUMEDANG.id, WADO– Puluhan orangtua siswa SMP Negeri Satu Atap Sukanyiru, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, melakukan aksi protes di lingkungan sekolah pada Kamis (31/10) pagi. Kedatangan mereka bertujuan untuk menuntut penjelasan terkait dana bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) yang seharusnya diterima siswa, namun hingga kini banyak di antara mereka mengaku belum menerima bantuan tersebut. Bantuan yang telah ditransfer pemerintah diduga digunakan oleh oknum petugas pengelola PIP sekolah untuk keperluan pribadi.
Siti, salah satu orangtua siswa, menyampaikan bahwa anaknya telah terdaftar sebagai penerima PIP sejak duduk di bangku SD, namun belum pernah menerima uang bantuan. “Saya cek di aplikasi, anak saya memang terdata sebagai penerima, tetapi kenyataannya sampai sekarang belum menerima sepeser pun,” ungkap Siti.
Ia menjelaskan bahwa dirinya baru mengetahui status penerimaan bantuan tersebut sejak April 2024. Ketika melihat ada orangtua lain yang mendapatkan bantuan, Siti kemudian menanyakan kepada pihak sekolah.
“Saya sudah tanya sejak April, tapi buku dan kartu ATM belum diberikan dengan berbagai alasan. Sekarang malah diberi buku ATM untuk bantuan yang SD saja, sementara untuk SMP tidak jelas keberadaannya,” lanjutnya.
Siti menyebutkan bahwa besaran bantuan yang diterima anaknya seharusnya mencapai Rp1,5 juta per tahun yang dibayarkan dua kali, dengan tambahan Rp375.000 saat awal masuk SMP. Setelah mengecek ke bank, ia mendapati bahwa uang tersebut sudah diambil oleh orang lain, meski ia belum pernah menerima bantuan itu.
Orangtua siswa lainnya, Yuyum, juga mengungkapkan hal serupa. Ia mengetahui status anaknya sebagai penerima manfaat PIP dari orangtua lain yang juga mengalami masalah serupa. “Saya kira anak saya tidak dapat, tapi setelah diberi tahu orang lain, ternyata anak saya tercatat sebagai penerima. Namun, hingga kini saya belum pernah menerima bantuannya,” tuturnya.
Kepala SMP Negeri Satu Atap Sukanyiru, Ajat Bahtiar, membenarkan adanya dugaan penyalahgunaan dana bantuan PIP oleh salah satu petugas pengelola PIP sekolah. “Saya sudah berkoordinasi dengan petugas yang bersangkutan, dan dia menyatakan siap mengganti dana yang diambil, baik untuk dua tahun terakhir maupun yang masih belum terbayarkan,” jelas Ajat.
Ia menambahkan bahwa pihak sekolah akan bertanggung jawab mengupayakan pengembalian dana bagi siswa yang menjadi korban.
Saat ini, sekolah masih melakukan pendataan untuk mengetahui siapa saja siswa yang mengalami kerugian. Ajat juga memastikan pihak sekolah akan memverifikasi data dengan bank untuk mengecek saldo siswa yang masih tersisa maupun yang sudah ditarik.
“Kami minta waktu hingga Selasa (5/11) untuk memastikan semua data tersebut,” imbuhnya.
Para orangtua menduga kasus hilangnya dana bantuan ini telah berlangsung sejak 2021, dengan total korban mencapai puluhan siswa dan nilai kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Mereka mengancam akan menggelar aksi lebih besar serta membawa kasus ini ke jalur hukum jika pembayaran tidak segera dilunasi.
“Ini baru sebagian yang datang, kalau tidak ada kepastian pembayaran, kami akan lakukan aksi yang lebih besar dan membawa masalah ini ke ranah hukum. Kami hanya menuntut hak anak-anak kami untuk keperluan pendidikan,” ujar seorang orangtua.(gun)