Bakal Calon Bupati Sumedang Eni Sumarni Kaget Masih Ada Warga Miskin Ekstrem

oleh
Calon Bupati Sumedang periode 2024-2029 dari Partai Golkar Sumedang, Hj. Eni Sumarni saat menyambangi kediaman salah seorang warga miskin ekstrim di Padasuka, Sumedang Utara.

RADARSUMEDANG.ID, JATIGEDE – Jelang pendaftaran ke KPU di hari terakhir, Bakal calon Bupati Sumedang periode 2024-2029 dari DPD Partai Golkar Kabupaten Sumedang, Hj. Eni Sumarni justru menemukan adanya salah seorang warga miskin ekstrim yang sudah renta dan tinggal sebatang kara di pusat kota Sumedang.

Diketahui salah seorang warga miskin ekstrim itu bernama Dodo yang tinggal di pinggiran sungai Cipeles, Lingkungan Padasuka, Desa Padasuka  Kecamatan Sumedang Utara.

Sehari-hari Dodo hanya berjualan kecil-kecilan di saung miliknya yang sangat kecil. Kondisi rumahnya sangat jauh dari kata layak

“Saya menerima informasi dari kader kita (kader Golkar) yang menyampaikan bahwa tidak jauh dari pusat kota, ada kategori miskin ekstrim. Ini bentuk perhatian Bunda untuk bekerja itu dari bawah,” kata Bunda Eni kepada Radar Sumedang, Rabu petang 28 Agustus 2024.

Sebagai calon bupati Sumedang, Bunda Eni menegaskan bahwa program yang akan dibawanya harus berdasarkan kebutuhan masyarakat sehingga berbagai skala prioritas mesti berdasarkan kebutuhan masyarakat.

“Jadi bagaimana money (anggaran) itu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga fungsi anggaran itu harus menyasar prioritas. Maka personal kemiskinan ekstrim merupakan rencana pembangunan dari pusat, provinsi, kabupaten, sampai ke desa,” ujarnya.

Adapun kata Bunda Eni, untuk sementara secara pribadi dirinya akan mencoba memberikan stimulan kepada Dodo supaya tempat tinggalnya bisa lebih layak.

“Kondisi rumahnya jauh dari kata layak dan higienis sehingga tidak bisa kita mengandalkan APBN. Kita bisa gunakan dana yang tidak memerlukan pertanggungjawaban seperti BAZNas juga donasi dari berbagai pihak. Maka program kami adalah bagaimana mewujudkan zero miskin ekstrim,” ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan Bunda Eni, untuk membantu Dodo terkendala oleh status lahan. Mengingat lahan yang ditinggali oleh Dodo merupakan tanah kas desa sehingga tidak bisa tersentuh oleh bantuan rumah tidak layak huni (rutilahu) dari Pemerintah.

“Kalau ada kemauan pasti ada jalan sehingga kita harus bangun dari tidur bahwa masih ada saudara kita yang miskin ekstrim. Mari kita cari solusi bersama-sama supaya rumah dan tempat usahanya bisa lebih layak,” tuturnya.

Sementara, Dodo mengungkapkan selama ini dirinya sudah 10 tahun tinggal di gubuknya.

Sehari-hari selain berjualan kebutuhan pokok kecil-kecilan. Dodo juga berjualan kopi terutama bagi yang hendak memancing di sungai, itupun tidak banyak.

“Penghasilan sehari-hari kadang cuman 8 ribu  rupiah, tapi saya tetap bersyukur kepada Allah dengan apa yang saya miliki dan saya jalani,” ungkap Dodo. (jim)