Mari Ternak Ikan Tanpa Kolam

oleh
FOR RADARSUMEDANG.ID BIOFLOK: Diskanak Kabupaten Sumedang memperkenalkan sistem bioflok. Sistem budidaya ikan ini dainggap lebih menguntungkan.

RADARSUMEDANG.ID – Pemkab Sumedang melalui Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) mulai memperkenal teknik budidaya ikan secara bioflok. Bahkan sudah banyak masyarakat yang melakukannya.

 

Kabid Perikanan pada Diskanak Kabupaten Sumedang, Rudia Hadian mengatakan, bioflok adalah sistem budidaya ikan dengan menggunakan teknologi. Teknik bioflok ini ditujukan untuk masyarakat yang memiliki keinginan budidaya ikan tetapi tidak memiliki kolam.

 

“Bioflok ini bentuknya bundar dan kolam nantinya dilapisi oleh terpal. Tapi tidak semua kolam yang bundar dikatakan bioflok, karena budidaya ikan dengan bioflok ini menggunakan teknologi,” kata Rudi, Jumat (23/9).

 

Rudi menjelaskan, yang harus diperhatikan dari budidaya ikan dengan sistem bioflok ini adalah keseimbangan antara oksigen dan amoniak yang dihasilkan ikan. Sebab, jika pasokan oksigen kurang, bukan tidak mungkin ikan akan mati.

 

“Untuk ikan yang saat ini bisa dikembangkan dengan bioflok adalah lele dan nila,” katanya. Ada tiga unsur yang harus diperhatikan sebelum memulai budidaya ikan dengan sistem bioflok, yaitu probiotik, garam dan kapur dolomit.

 

Ketiga unsur ini sebelumnya harus disebar di kolam setelah itu digenangi air dan dibiarkan 10 hari baru ditebar benih ikan. “Untuk saat ini bioflok telah diperkenalkan hampir di semua kecamatan di Sumedang. Beberapa masyarakat telah mulai mencobanya,” ujarnya.

 

Menurutnya, sistem budidaya ikan dengan cara bioflok untuk jenis ikan lele dan nila dianggap lebih menguntungkan bagi petani ikan, jika dibandingkan cara konvensional. Selain tidak memerlukan lahan yang luas dan aliran air yang deras, proses pemeliharaan dan pengawasanya relatif lebih mudah dan waktu yang lebih singkat.

 

Rudi mengatakan, dengan tingkat kepadatan yang tinggi yaitu sekitar 150 ekor per meter persegi, sangat memungkinkan petani ikan mendapatkan hasil maksimal. “Umur panennya juga tidak terlalu lama, dengan waktu sekitar 3 bulan petani ikan sudah dapat memanennya,” katanya lagi.

 

Budidaya ikan dengan bioflok juga bisa menghemat pakan. Misalnya pada metode budidaya konvensional nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata diatas 1 maka dengan teknologi bioflok Feed Convertion Ratio (FCR) dibawah 1.

 

Artinya, untuk menghasilkan 1 kilogram daging ikan pada sistem konvensional memerlukan lebih dari 1 kikogram pakan. Sedangkan dengan metode bioflok, untuk menghasilkan 1 kikogram daging ikan, pakan yang diperlukan dibawah 1 kilogram.

 

Selain itu air dari sistem bioflok ini juga dapat digunakan untik pupuk pada tanaman padi. “Seperti yang telah dicoba di daerah Purbalingga, air bioflok yang digunakan pupuk bisa meningkatan rendeman padi, dimana yang biasanya 1 kwintal padi menghasilkan 60 kilogram beras, maka dengan pupuk bioflik bisa meningkat menjadi 70 kilogram beras,” kata Rudi. (gun)