RADARSUMEDANG.ID – Para perajin gula merah atau gula aren di beberapa desa di Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang seperti di Desa Banjarsari, Cipeundeuy dan Desa Sukamanah mengalami penurunan produksi. Kondisi ini terjadi dikarenakan bahan bakunya, yakni pohon kawung atau aren sebagai sumber air nira sulit didapat.
Para pengrajin mengatakan, saat ini pohon aren hanya bisa didapat di kebun tengah hutan. Padahal sebelumnya, pohon aren mudah didapat termasuk di pekarangan rumah, sehingga perajin bisa mudah mendapatkan bahan baku gula merah.
“Banyak (pohon aren) yang ditebang, kalau yang deket kampung mah, untuk berbagai kebutuhan. Akhirnya saya juga mengandalkan aren dari hutan yang lumayan jauh dari kampung,” ujar salah seorang perajin gula, Mustopa di Cidarma, Desa Cipeundeuy, Senin (31/10).
Dengan langkanya pohon aren, produksi gula merah yang biasanya dilakukan setiap hari, kini hanya 3 kali dalam seminggu. “Ya karena nyari aren-nya jauh, jadi memakan waktu. Biasanya 3 hari kami ngambil aren ke hutan, setelah itu baru kami buat gula,” katanya.
Padahal, kata dia, beberapa tahun yang lalu setiap orang bisa membuat gula sekitar 45 kilogram per minggu. “Ayeunamah paling oge antara 15 dugi ka 20 kilo dina saminggon tiasa ngadamel gula, eta tos dugi ka janteun, tos siap ical,” ungkap Dedeh (37) perajin di Banjarsari.
Mereka mengakui, turunnya produksi gula merah berdampak pada minimnya pendapatan. Apalagi menurut pengrajin harga gula aren produksinya sulit mengalami kenaikan.
Pengrajin menjual gula aren dikisaran Rp17.000 per kilogram. Sebetulnya, permintaan gula banyak, namun karena persediaan gula sedikit, maka permintaan tidak bisa dipenuhi. (gun)