RADARSUMEDANG.ID – Para petani cabai di wilayah perkebunan kaki Gunung Cakrabuana, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang mengaku mengalami rugi pada masa panen sekarang. Itu lantaran cabai hasil panen hanya diterima pengepul seharga Rp20 ribu per kilogram.
Padahal sebelumnya, harga cabai hasil petani diterima pengepul dengan harga Rp27 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram. “Alasan pengepul, harga cabai turun karena pasaran. Jadi kami tidak bisa apa-apa karena dijual kemanapun harganya pasti sama (dengan harga pengepul),” ujar Upri salah seorang petani di perkebunan cabai keriting Blok Keboncau, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Selasa (7/3).
Atas kondisi ini, Upri mengaku rugi, karena pada musim ini biaya produksi menanam cabai meningkat seiring adanya kenaikan harga obat dan pupuk tanaman yang meroket. Pada musim tanam sekarang, petani dihadapkan dengan berbagai kendala.
Antara lain faktor cuaca hujan yang intens. Kemudian banyaknya serangan hama pada tanaman. “Hujan banyak menyebabkan tanaman terjadi busuk batang, busuk daun dan busuk buah. Kondisi itu membuat petani mengalami penurunan produktivitas hasil panen, dan memakan waktu, karena kami harus melakukan penyortiran yang ketat. Akibat banyaknya tananam yang busuk pada batang dan daun,” jelasnya.
Petani lainnya, Nani menyebutkan, banyaknya cabai yang terserang hama membuat produksi menurun. Idealnya saat panen, per pohon menghasilkan 7 ons cabai. Saat ini karena adanya sejumlah faktor, produksi per pohon hanya menghasilkan 2 ons cabai.
“Sudah harga jatuh, produksi juga menurun, sedangkan obat-obatan anti hama begitu mahal. Jadi kami memang mengalami rugi,” katanya.
Ia berharap harga pupuk dan obat-obatan anti hama bisa didapat dengan harga murah. Sehingga ongkos produksi bisa ditekan. “Meskipun pengepul menerima cabai dengan harga murah, tidak akan terjadi kerugian kalau modal yang kami keluarkan tidak terlalu banyak,” ucapnya. (gun)