RADARSUMEDANG.ID, JATINANGOR–Sejak Senin (10/4/2023) pagi di Kawasan Bukit Akasia yang berada dekat dengan Perumahan Panorama Jatinangor mendadak ramai. Rupanya keramaian itu lantaran berdatangannya rombongan Radar Bogor Grup yang menggelar kegiatan Meeting Triwulan I 2023 di Graha Akasia Jatinangor.
Selama dua hari seluruh pimpinan perusahaan (direktur, general manager dan puluhan manager) dari masing-masing surat kabar Radar Bogor Group (Radar Bogor, Radar Bandung, Radar Depok, Radar Cianjur, Radar Sukabumi, Radar Bekasi, Radar Sumedang, Radar Karawang, Metro dan Sunda Urang) mengikuti berbagai sesi acara di Sekolah Alam Bukit Akasia Jatinangor ini.
Dalam kesempatan itu pula Wakil Ketua Yayasan Bukit Akasia Taufiq Saptoto Rahadi sebagai tuan rumah meluangkan waktunya untuk mengisi acara dalam sesi diskusi. Seperti diketahui , penulis novel bergenre religi dan sejarah dengan nama pena Tasaro GK ini memiliki kedekatan khusus dengan Radar Bogor. Pasalnya sebelum terjun sebagai penulis novel, awalnya pernah menjalani profesi sebagai awak media Radar Bogor dari mulai jurnalis hingga menjadi seorang redaktur pelaksana.
“Dari Radar Bogor sempat juga membidani lahirnya Radar Bandung ketika kantornya masih di kawasan Dago, meskipun waktu itu tidak lama dan memutuskan resign dan memilih bekerja di sebuah penerbitan buku,” kenang Abah Tasaro, panggilannya di hadapan puluhan peserta meeting triwulan I Radar Bogor Group.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Direktur Pojoksatu.Id Faturahman S Kanday tersebut dan disaksikan langsung Direktur Utama Radar Bogor Hazairin Sitepu itu berlangsung dalam suasana santai dan juga sesekali mengundang decak tawa peserta meeting.
Apalagi ketika Faturahman S Kanday yang merupakan teman dekat Abah Tasaro sewaktu bekecimpung di Radar Bogor mengusik banyak kenangan yang tidak bisa dilupakan berkaitan dengan suka duka menjadi seorang kuli tinta media.
“Saya masih ingat betul bagaimana waktu itu menjadi seorang jurnalis yang setiap hari harus terjun ke lapangan mereportase peristiwa. Sebelum muncul tren penulisan berita bersambung seperti sekarang, dahulu wartawan dituntut mencari peristiwa,” kenangnya lagi.

Kini penulis novel best seller Muhammad Sang Penggenggam Hujan itu tidak lagi bekerja di perusahaan media manapun. Namun, diakuinya dunia jurnalistik tidak bisa dilepaskannya begitu saja. Hingga sampai sekarang dunia yang membukakan jalan menuju kesuksesannya tidak lepas dari jurnalistik.
“Setelah tidak lagi berkecimpung di media, saya akui bahwa ilmu jurnalistik ini yang menjadi benang merah ketika saya menulis novel maupun bekecimpung di dunia pendidikan dan mengelola Bukit Akasia ini,” ujarnya.
Di sela kesibukannya menjadi Kepala SD Bukit Akasia Jatinangor, Abah Tasaro juga masih aktif memberikan banyak pelatihan jurnalistik di berbagai paltform baik daring maupun luring. Saat ini juga Abah Tasaro juga merupakan salah satu dari tujuh orang Komite Penilai Buku Kurikulum Merdeka Belajar Kemendikbud.
Namun, kecintaannya kepada dunia pendidikan pula tidak bisa dilepaskan begitu saja, Abah Tasaro bahkan sekarang menjadi salah seorang pengajar di Kampus Merdeka Universitas Muhammadiyah Semarang.
Sementara itu sebelumnya Direktur Utama Radar Bogor Hazairin Sitepu mengatakan sengaja membawa seluruh pimpinan perusahaan Radar Bogor Group melaksanakan meeting triwulan di SD Bukit Akasia Jatinangor itu untuk memberikan persfektif baru sekaligus menyerap inspirasi dari perjalanan kiprah mantan jurnalis Radar Bogor yang familiar di sapa Mas Obed ini.
Sosok yang familiar disapa Bang HS ini juga sangat terkesan dengan apa yang dilakukan Mas Obed yang berhasil menyulap lahan kritis Bukit Akasia menjadi hijau dipenuhi pohon Akasia seperti sekarang dan menerapkan konsep educational green space di SD Bukit Akasia Jatinangor. (rik)