Rancakalong Sumedang Jadi Daerah Proyek Percontohan Program Klaster Desa Produktif

oleh

RADARSUMEDANG.ID — Kecamatan Rancakalong di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, menjadi daerah proyek percontohan Program Klaster Desa Produktif (KDP) yang diinisiasi oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan (UKP-BKPKKP).

UKP-BKPKKP Muhamad Mardiono dalam sambutan yang disampaikan Asisten UKP-BKPKKP, Rifanzi Chandras Varas Rachmat, menjelaskan pertimbangan dipilihnya Kabupaten Sumedang tepatnya Rancakalong sebagai proyek percontohan lantaran potensi-potensi dan keanekaragaman wilayah yang besar, kultur masyarakat yang mendukung, serta para pemangku kepentingan terkait dan masyarakatnya yang memiliki semangat juang tinggi.

Prasyarat demikian itu memenuhi kriteria sebagai wilayah proyek percontohan bagi program KDP yang diinisiasi dan dikembangkan dengan melibatkan berbagai stakeholder oleh UKP-BKPKKP.

Ia menjelaskan KDP merupakan program untuk mengoneksikan potensi-potensi ekonomi dalam suatu klaster (kawasan). Baik dari sektor pertanian, perikanan, peternakan, pariwisata, budaya, produk/jasa, dan sebagiannya, supaya tercipta nilai tambah dalam klaster tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Model konsep klaster desa produktif ini bukanlah hal yang benar-benar baru, karena di sejumlah kementerian/lembaga sudah pernah dikembangkan dalam bentuk program yang lain. Dan, UKP ingin agar konsep serupa ini dapat lebih dikembangkan dengan inovasi dan nilai tambah baru sehingga semakin banyak alternatif pengembangan pedesaan yang aplikatif dan mudah direplikasikan di wilayah di Indonesia,” kata Rifanzi kepada Radar Sumedang disela Focus Grup Discussion FGD KDP di Bale Mahoni Hotel Asri, Plaza Asia Sumedang, Senin (29/5/2023).

Dalam kajian terkait KDP yang dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, UKP menilai ada tiga produk unggulan yang dapat dikembangkan di wilayah Rancakalong yakni kopi Boehoen Nagarawangi, ubi cilembu, dan ternak.

UKP telah menggelar empat kali FGD dan pertemuan dengan Pemda Sumedang dan Rancakalong, untuk menggali lebih lanjut tiga potensi unggulan itu.

“Misalnya dalam pengolahan kopi, itu ada limbah kulitnya yang bisa dijadikan pupuk organik. Nilai tambah seperti itu akan coba kita koneksikan di dalam klaster itu. Jadi kehadiran UKP ini untuk memetakan dan mengidentifikasi secara langsung potensi-potensi lokal berdasarkan FGD yang telah dilaksanakan,” ujarnya.

Ia menekankan KDP berfokus pada fungsi pemberdayaan dan pendorong pertumbuhan dengan tujuan untuk menurunkan ekonomi biaya tinggi, menciptakan nilai tambah di dalam suatu kawasan, dan meningkatkan koneksivitas potensi-potensi yang ada dalam suatu klaster.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Sumedang Fraksi PPP, H Ilmawan Muhammad, menyambut baik inisiatif UKP untuk mewujudkan KDP di Rancakalong, Sumedang.

“Saya ucapkan terima kasih kepada UKP RI Bapak Muhamad Mardiono yang telah memberikan kepercayaan kepada Sumedang sebagai lokasi proyek percontohan. Program seperti ini merupakan yang pertama di Sumedang, dan tentunya tim dari UKP tidak begitu saja memilih daerah percontohan untuk program ini,” ucap Ilmawan.

DPRD menyatakan siap memberikan dukungan terkait pelaksanaan KDP nantinya demi perubahan yang lebih baik tidak hanya bagi masyarakat Rancakalong namun Kabupaten Sumedang secara keseluruhan. Bahkan bisa menjadi contoh bagi desa lainnya yang ada di Indonesia.

Ia menambahkan, UKP sebagaimana diketahui telah memetakan dan mengidentifikasi sejauh mana potensi desa-desa yang ada di kecamatan Rancakalong serta kesesuaiannya sebagai lokus untuk program KDP.

“Insya Allah ini merupakan salah satu proses menuju tercapainya visi Sumedang Simpati. Karena program ini serius, bukan main-main. Tim dari UKP RI akan melihat beberapa komoditas unggulan di Rancakalong, untuk dijadikan contoh atau model bagi desa-desa lainnya,” katanya.

Sementara, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Sumedang, Agus Wahidin menyebutkan, FGD kali ini merupakan rangkaian keempat setelah pertemuan dengan UKP (dua kali di Jakarta dan satu kali melalui pertemuan virtual) dan saat ini di Sumedang.

FGD melibatkan Forkopimcam, Kepala Desa, dan BUMDES. Hari selanjutnya tim akan berkunjung ke lapangan tepatnya Geotheater Rancakalong. Kemudian pada hari ketiga, akan meninjau kelompok-kelompok tani di Rancakalong.

“Setelah dikaji betul-betul oleh tim UKP, aspeknya sangat memenuhi untuk program KDP. Maka dipilihlah empat potensi unggulan, pertama kopi, kedua ubi Cilembu, ketiga peternakan, dan keempat, makanan olahan. Satu contoh ubi Cilembu usahakan tidak hanya dijual mentah saja, tapi diharapkan menjadi makanan olahan,” kata Agus Wahidin.

Agus Wahidin menambahkan, selama ini desa menjadi lokasi produksi bahan mentah dan menumpu kebutuhan pangan masyarakat perkotaan tanpa ada upaya pemberian nilai tambah atau mengolahnya terlebih dahulu.

Bahkan untuk kepentingannya sendiri, penduduk di desa harus membeli lagi ke kota. Hal itulah yang kerap kali menjadi sumber kesenjangan dan ketertinggalan masyarakat di desa karena pendapatan mereka tidak beranjak naik.

“Konsep KDP salah satunya akan memberikan solusi atas kondisi ini, dengan Rancakalong Sumedang sebagai proyek percontohan. Kita berharap ke depan akan ada upaya saling menyangga antar desa, misalkan untuk kopi, pupuknya kalau bisa harus disediakan bersama melalui BUMdesma,” kata Agus Wahidin. (jim)

Rancakalong Sumedang Jadi Daerah Proyek Percontohan Program Klaster Desa Produktif

 

RADARSUMEDANG.ID — Kecamatan Rancakalong di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, menjadi daerah proyek percontohan Program Klaster Desa Produktif (KDP) yang diinisiasi oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan (UKP-BKPKKP).

 

UKP-BKPKKP Muhamad Mardiono dalam sambutan yang disampaikan Asisten UKP-BKPKKP, Rifanzi Chandras Varas Rachmat, menjelaskan pertimbangan dipilihnya Kabupaten Sumedang tepatnya Rancakalong sebagai proyek percontohan lantaran potensi-potensi dan keanekaragaman wilayah yang besar, kultur masyarakat yang mendukung, serta para pemangku kepentingan terkait dan masyarakatnya yang memiliki semangat juang tinggi.

 

Prasyarat demikian itu memenuhi kriteria sebagai wilayah proyek percontohan bagi program KDP yang diinisiasi dan dikembangkan dengan melibatkan berbagai stakeholder oleh UKP-BKPKKP.

 

Ia menjelaskan KDP merupakan program untuk mengoneksikan potensi-potensi ekonomi dalam suatu klaster (kawasan). Baik dari sektor pertanian, perikanan, peternakan, pariwisata, budaya, produk/jasa, dan sebagiannya, supaya tercipta nilai tambah dalam klaster tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

“Model konsep klaster desa produktif ini bukanlah hal yang benar-benar baru, karena di sejumlah kementerian/lembaga sudah pernah dikembangkan dalam bentuk program yang lain. Dan, UKP ingin agar konsep serupa ini dapat lebih dikembangkan dengan inovasi dan nilai tambah baru sehingga semakin banyak alternatif pengembangan pedesaan yang aplikatif dan mudah direplikasikan di wilayah di Indonesia,” kata Rifanzi kepada Radar Sumedang disela Focus Grup Discussion FGD KDP di Bale Mahoni Hotel Asri, Plaza Asia Sumedang, Senin (29/5/2023).

 

Dalam kajian terkait KDP yang dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, UKP menilai ada tiga produk unggulan yang dapat dikembangkan di wilayah Rancakalong yakni kopi Boehoen Nagarawangi, ubi cilembu, dan ternak.

 

UKP telah menggelar empat kali FGD dan pertemuan dengan Pemda Sumedang dan Rancakalong, untuk menggali lebih lanjut tiga potensi unggulan itu.

 

“Misalnya dalam pengolahan kopi, itu ada limbah kulitnya yang bisa dijadikan pupuk organik. Nilai tambah seperti itu akan coba kita koneksikan di dalam klaster itu. Jadi kehadiran UKP ini untuk memetakan dan mengidentifikasi secara langsung potensi-potensi lokal berdasarkan FGD yang telah dilaksanakan,” ujarnya.

 

Ia menekankan KDP berfokus pada fungsi pemberdayaan dan pendorong pertumbuhan dengan tujuan untuk menurunkan ekonomi biaya tinggi, menciptakan nilai tambah di dalam suatu kawasan, dan meningkatkan koneksivitas potensi-potensi yang ada dalam suatu klaster.

 

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Sumedang Fraksi PPP, H Ilmawan Muhammad, menyambut baik inisiatif UKP untuk mewujudkan KDP di Rancakalong, Sumedang.

 

“Saya ucapkan terima kasih kepada UKP RI Bapak Muhamad Mardiono yang telah memberikan kepercayaan kepada Sumedang sebagai lokasi proyek percontohan. Program seperti ini merupakan yang pertama di Sumedang, dan tentunya tim dari UKP tidak begitu saja memilih daerah percontohan untuk program ini,” ucap Ilmawan.

 

DPRD menyatakan siap memberikan dukungan terkait pelaksanaan KDP nantinya demi perubahan yang lebih baik tidak hanya bagi masyarakat Rancakalong namun Kabupaten Sumedang secara keseluruhan. Bahkan bisa menjadi contoh bagi desa lainnya yang ada di Indonesia.

 

Ia menambahkan, UKP sebagaimana diketahui telah memetakan dan mengidentifikasi sejauh mana potensi desa-desa yang ada di kecamatan Rancakalong serta kesesuaiannya sebagai lokus untuk program KDP.

 

“Insya Allah ini merupakan salah satu proses menuju tercapainya visi Sumedang Simpati. Karena program ini serius, bukan main-main. Tim dari UKP RI akan melihat beberapa komoditas unggulan di Rancakalong, untuk dijadikan contoh atau model bagi desa-desa lainnya,” katanya.

 

Sementara, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Sumedang, Agus Wahidin menyebutkan, FGD kali ini merupakan rangkaian keempat setelah pertemuan dengan UKP (dua kali di Jakarta dan satu kali melalui pertemuan virtual) dan saat ini di Sumedang.

 

FGD melibatkan Forkopimcam, Kepala Desa, dan BUMDES. Hari selanjutnya tim akan berkunjung ke lapangan tepatnya Geotheater Rancakalong. Kemudian pada hari ketiga, akan meninjau kelompok-kelompok tani di Rancakalong.

 

“Setelah dikaji betul-betul oleh tim UKP, aspeknya sangat memenuhi untuk program KDP. Maka dipilihlah empat potensi unggulan, pertama kopi, kedua ubi Cilembu, ketiga peternakan, dan keempat, makanan olahan. Satu contoh ubi Cilembu usahakan tidak hanya dijual mentah saja, tapi diharapkan menjadi makanan olahan,” kata Agus Wahidin.

 

Agus Wahidin menambahkan, selama ini desa menjadi lokasi produksi bahan mentah dan menumpu kebutuhan pangan masyarakat perkotaan tanpa ada upaya pemberian nilai tambah atau mengolahnya terlebih dahulu.

 

Bahkan untuk kepentingannya sendiri, penduduk di desa harus membeli lagi ke kota. Hal itulah yang kerap kali menjadi sumber kesenjangan dan ketertinggalan masyarakat di desa karena pendapatan mereka tidak beranjak naik.

 

“Konsep KDP salah satunya akan memberikan solusi atas kondisi ini, dengan Rancakalong Sumedang sebagai proyek percontohan. Kita berharap ke depan akan ada upaya saling menyangga antar desa, misalkan untuk kopi, pupuknya kalau bisa harus disediakan bersama melalui BUMdesma,” kata Agus Wahidin. (jim)