Dosen ITB Bantu Tingkatkan Kualitas Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung

oleh

RADARSUMEDANG.ID – Pemerintah Kota Bandung berupaya meningkatkan kualitas Ruang terbuka Hijau (RTH) yang akan didukung oleh Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D) Institut Teknologi Bangung (ITB) melalui program kegiatan Pengabdian Masyarakat (PM).

Program PM tersebut diketuai dosen Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Dewi Larasati, Ph. D yang beranggotakan dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, Dr. Alfi Rumidatul dan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Yani Suryani, M. Hum.

Menurut Dewi, RTH di kawasan perkotaan merupakan elemen penting untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan perkembangan kawasan yang pesat.

“Pertumbuhan suatu kawasan memberikan efek negatif seperti meningkatnya beban kota, meningkatnya populasi penduduk, menurunnya kualitas lingkungan kota, dan berkurangnya ruang terbuka publik. Situasi ini menyebabkan pola penggunaan lahan tidak seimbang secara ekologis, fungsi ekologis RTH mencakup penyerapan air, penyerapan polutan dan produksi oksigen,” ujarnya melalui pesan singkat keada Radar Sumedang. Kamis (10/11).

Dewi menambahkan, RTH perkotaan merupakan hal yang penting bagi kesehatan masyarakat kota. Dewasa ini, RTH perkotaan dilihat sebagai solusi potensial bagi terwujudnya perencanaan dan pembangunan kota berkelanjutan.
Namun demikian, pemerintah kota dihadapkan pada banyak kendala dalam rangka menciptakan RTH baru, mayoritas kendala tersebut adalah batasan spasial dan finansial.

“Salah satu opsi baru yang sedang dipelajari saat ini adalah mempertimbangkan berbagai macam bidang vegetasi yang tersebar di dalam kota, yang tidak dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan kota sebagai RTH perkotaan, tetapi memberikan berbagai manfaat bagi penduduk. Area-area tersebut dirujuk sebagai RTH informal,” tambahnya.

Hal senada diutarakan, dosen SITH ITB Dr. Alfi Rumidatul mengaku bahwa RTH informal adalah keseluruhan area yang tidak terperhatikan (terabaikan), yang secara formal tidak dikenal atau tidak direncanakan untuk penggunaan yang bersifat rekreasi oleh penduduk.

“Informal ini sering luput dari perhatian. Salah satu contohnya adalah RW 14 Kelurahan Taman Sari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung memiliki lahan-lahan yang berpeluang dikembangkan sebagai RTH informal yang produktif. RTH informal RW 14 Kelurahan Taman Sari berupa area kosong tidak terawat sekitar trotoar,” ucapnya.

Menurutnya, warga RW 14 Kelurahan Taman Sari berinisiasi mengolah lahan kosong yang tidak terawat sekitar trotoar menjadi RTH informal, dimana pada tahun 2021 RW 14 Kelurahan Taman Sari dijadikan pilot project kegiatan Pengabdian Masyarakat (PM) dalam membantu ketahanan pangan Kota Bandung melalui program Buruan SAE (urban farming terintegrasi).

Sementara itu, Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Yani Suryani, M. Hum. menjelaskan bahwa kegiatan PM yang dilakukan ini bertujuan untuk mengoptimalkan, meningkatkan kualitas, memberikan kontribusi dalam perencanaan, perancangan, pembangunan dan pengelolaan RTH informal di RW 14 Kelurahan Taman Sari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.

“Metode PM yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan untuk memperluas wawasan pengetahuan warga tentang cara merancang RTH informal dan pelatihan untuk praktek penerapan teknologi pembuatan taman dengan konsep tematik, seperti tema tanaman obat keluarga, tanaman dapur keluarga, tanaman hias, penghijauan dengan sistim vertikultur pada lahan sempit dan terbatas, penerapan tanaman organik sebagai upaya konsumsi keluarga dan ketahanan pangan,” tutupnya. (tha).