Petani Ubi Cilembu Keluhkan Dampak Musim Pancaroba, Beruntung Ada Solusi KUR Bank BRI

oleh
Petani Ubi Cilembu tengah memanen ubi

RADARSUMEDANG.id, PAMULIHAN – Dampak musim pancaroba dikeluhkan petani Ubi Cilembu. Pasalnya, banyak petani yang mengeluhkan kesulitan dalam melanjutkan aktivitas pertanian mereka, karena menantikan hujan agar bisa kembali menanam. Kesulitan dalam melanjutkan aktivitas pertanian karena menantikan hujan agar bisa kembali menanam.

Kepala Desa Cilembu, Asep Suhara, mengungkapkan bahwa petani Ubi Cilembu di wilayahnya saat ini menghadapi tantangan serius akibat musim pancaroba yang berkepanjangan. Dampak dari musim pancaroba ini sangat terasa, terutama pada bibit ubi yang sudah ditanam. 

“Kemarin sempat ada hujan, para petani dengan gembira menanam bibit ubi, namun setelah ditanam hujan tak kunjung turun membuat bibit mengalami kekeringan, menyebabkan petani kesulitan untuk menjalankan kegiatan pertanian mereka,” ujarnya saat dihubungi Radar Sumedang, Senin (18/12).

Kondisi tersebut, kata kades, selain mempengaruhi produksi ubi, juga mengakibatkan kenaikan harga ubi mentah di pasaran. Harga ubi mentah yang biasanya berkisar antara 4 sampai 5 ribu per kilogram, kini mengalami kenaikan signifikan menjadi 6 sampai 7 ribu per kilogram. 

“Situasi ini menciptakan tantangan ekonomi bagi para petani yang bergantung pada hasil pertanian mereka,” ucapnya. 

Meskipun demikian, lanjut ia, ada cahaya terang bagi para petani di Desa Cilembu. Program perbankan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI membuktikan menjadi penyelamat bagi sebagian petani. 

“Program ini memberikan dukungan finansial dengan proses yang mudah dan bunga yang ringan, hanya 0,2 persen.

Sejumlah petani di Desa Cilembu telah memanfaatkan program KUR ini untuk melanjutkan kegiatan bertani mereka. Proses yang mudah dan bunga yang terjangkau membuat program ini menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh petani di tengah kondisi cuaca yang tidak bersahabat,” ujarnya. 

Sementara itu,  salah seorang petani Ubi Cilembu Yusup Supriatna mengungkapkan bahwa hasil panen mereka terdampak serangan hama yang menyebabkan gagal panen.

“Pengaruh yang dirasakan oleh kami tidak hanya terbatas pada serangan hama, namun juga kendala dalam proses penanaman. Sebagai akibatnya, hasil panen yang sebelumnya mencapai 1 ton per 100 bata, kini merosot drastis hanya menjadi 4 kuintal dari setiap 100 bata,” ujarnya. 

Yusup mengaku kesulitan untuk kembali menanam Ubi Cilembu, serangan hama merusak ubi yang sudah siap panen, dan kendala dalam penanaman membuat produksi menurun drastis.

“Musim pancaroba yang tidak menentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi para petani yang menggantungkan hidup mereka pada hasil pertanian,” tandasnya. (tha)