Ritual Mipit Angkat Tradisi Leluhur

oleh

RADARSUMEDANG.ID – Lembaga Adat Desa (LAD) Mekarasih, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang menggelar ritual tradisi Mipit di pesawahan Ciboboko, Sabtu (25/6). Kegiatan ini, juga diikuti banyak generasi milenial Desa Mekarasih dan sekitarnya.

Ketua LAD Mekarasih, Shihabudin mengatakan, ritual ini didasari keprihatinan terhadap hampir hilangnya pelestarian budaya tradisional di masyarakat, terutama generasi milenial. Atas kondisi itu, LAD Mekarasih mencoba mengangkat kembali ritual tradisional seperti tradisi Mipit.

“Generasi milenial harus mendapatkan edukasi terkait nilai-nilai budaya tradisional secara langsung. Budaya tradisional diharapkan bisa menginspirasi generasi milenial tentang nilai dan makna dari budaya tersebut. Untuk selanjutnya bisa dilestarikan dan dikembangkan dalam era kekinian,” kata Sihabudin.

Tradisi Mipit sendiri, kata dia, merupakan tradisi leluhur masyarakat Sunda berupa prosesi doa meminta ijin ketika hendak melaksanakan panen padi. Pada dasarnya, ritual Mipit merupakan salah satu tradisi dari sekian banyak tradisi warisan leluhur Sunda.

Menurutnya, tradisi-tradisi tersebut hampir punah dan tidak lagi dikenal di kalangan generasi milenial, akibat berkembangnya peradaban. “Makanya, setelah terbentuk LAD di desa kami, masyarakat mencoba menggali kembali tradisi-tradisi budaya yang bisa dijadikan sebagai bahan edukasi tentang nilai dan makna dari tradisi itu. Terutama untuk kalangan milenial,” tuturnya.

Dalam prosesi ritual Mipit, ada beberapa nilai dan makna yang bisa disampaikan ke kalangan masyarakat, terutama terhadap kalangan milenial. Di antaranya pentingnya implementasi tata krama dalam segala hal.

“Makna dan nilai dari ritual Mipit ya salah satunya mengajarkan tata krama, sopan santun dan lainnya,” ucapnya.

Ia berharap, kegiatan yang berkaitan dengan budaya tradisional bukan hanya sebatas didiskusikan saja. Akan tetapi lebih baik dilakukan secara nyata, agar nilai dan maknanya bisa tersampaikan ke masyarakat.

“Apalagi Sumedang saat ini sudah mendikler sebagai puseur budaya. Berharap kegiatan seperti ini bisa mendukung program Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS),” katanya.

Pegiat budaya dari kalangan muda, Hendar Hermawan mengaku, sangat terinspirasi dari digelarnya kegiatan bersifat menggali kembali tradisi budaya tradisional.

Dengan mengikuti prosesi ritual tradisional, kalangan milenial bisa terinspirasi melestarikan budaya tradisional yang saat ini sudah ditinggalkan oleh kalangan muda. “Sudah seharusnya kegiatan berupa pelestarian budaya terus dilakukan secara rutin. Jangan sampai generasi ke depan tidak tahu dan melupakan tradisi leluhurnya,” katanya. (gun)