RADARSUMEDANG.ID – Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D) Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar pelatihan tentang penampungan air Embung, konversi Biogas menjadi listrik dan tentang Akuaponik dilahan milik ITB Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Rabu (10/08).
Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) kampus Jatinangor, Dr. Taufikurahman mengatakan, program P2D ITB rutin digelar dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan hari ini menggelar tiga hal, tentang embung penampung air hujan, tentang konversi biogas menjadi listrik dan tetakhir tentang akuaponik.
“Kami melaksanakan pelatihan ini, dilahan ITB yang ada di Desa Haurngombong, karakteristik tanah disini gampang sekali menyerap air, kalau hujan bisa langsung meresap kedalam, sementara ketika musim kemarau sumur-sumur warga akan kering, sehingga kami membuatkan embung, diharapkan bisa membantu masyarakat menampung air ketika hujan,” ujarnya.
Selanjutnya, kata Taufikurahman, pemanfaatan akuaponik yang cocok dilaksanakan lahan yang kering, karena pada musim kemarau masyarakat tidak bisa kesawah dan ke kebun karena tidak ada air. Dengan sistem akuaponik ini bisa sepanjang tahun tidak tergantung pada adanya hujan.
“Airnya disirkulasi dibawahnya dikasih ikan seperti ikan nila, nilem diatasnya dikasih tanaman, tanaman ini dapat nutrisi dari kotoran ikan dan sisa-sisa pakan ikan, jadi tidak perlu dikasih jat kimia tambahan lagi, bisa panen setiap hari untuk tanaman sayuran kangkung atau seladah,” tambahnya.
Sementara salah seorang pemateri yang juga Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Endra Susila mengatakan bahwa wilayah sekitaran lahan ITB relatif tidak mudah mendapatkan mata air maupun sungai karena jaraknya cukup jauh. Maka, pihaknya melalui program P2D mencoba meningkatkan air agar bisa lebih banyak mendapatkan air dengan menampung air.
“Sumber air itu ada tiga yakni mata air, sungai kemudian air hujan, karena disini sulit mendapatkan air, kami mencoba membuat embung yang sangat sederhana yang bisa dimanfaat oleh setiap keluarga untuk bertani, beternak ataupun yang lainnya, sebab ketika air hujan maupun tingkat yang lebih besar turun, bisa masuk melalui embung ini,” ucapnya.
Endra mengaku, pelatihan mendapat resepon yang baik dari masyarakat, tak sedikit yang memberikan masukan agar keberadaan Embung bisa lebih optimal dan dirasakan masyarakat.
“Kedepan bisa kita upayakan dengan teknologi yang lebih canggih bisa dengan diteksi air, maupun dengan cara yang terkini. Tapi tentunya harus bisa dilakukan didalam lingkung rumah tangga. Karena kalau terlalu canggih tidak bisa digunakan dirumah tangga, mudah-mudahan kita bisa mendapatkan kemanfaatan lebih besar dari pelatihan-pelatihan disini,” tutupnya. (tha).