Bumerang Bonus Demografi

oleh

Oleh: Tasaro Gk

Kita sudah ada di dalamnya. Terhitung tahun 2020 sampai 2030, Indonesia mengalami ledakan jumlah penduduk berusia produktif usia 15 sampai 64 tahun. Jumlahnya 60 hingga 70 persen dari seluruh populasi negeri. Itu berarti berlimpahnya tenaga kerja, dan lubernya investasi di segala bidang. Fenomena ini tidak terjadi di semua negara. Indonesia di ambang menjadi negara maju.

Nanti dulu. Banyaknya stok sumber daya manusia yang semestinya produktif ini bisa menjadi bumerang jika tidak dibekali dengan kemampuan yang mumpuni. Dunia kerja akan semakin selektif merekrut karyawan, ancaman jumlah pengangguran bisa mencapai angka tak terbayangkan.

Kini muncul istilah “generasi tak berguna” dan “ledakan orang tanpa gelar”. Realitasnya memang demikian. Generasi tidak berguna dalam hal ini tidak selalu merujuk pada pribadi, tetapi sistem yang menyebabkan fenomena ini terjadi. Kata Profesor Rheinald Kasali, sekolah semakin cepat membuat seorang anak muda tidak berguna. Konteksnya adalah, apa yang mereka pelajari di sekolah tidak cukup menjadi bekal untuk memenangkan tantangan kehidupan.

Lulus kuliah tidak lagi memberi harapan cerah. Sebab, berbagai bidang pekerjaan baru saat ini lebih membutuhkan orang bertalenta dibanding sekadar berijazah semata. Lulusan sekolah apa sudah tidak memegang kunci kesuksesan. Pergeseran kebutuhan dunia kerja ini kemudian diisi oleh mereka yang ikut membuat ledakan “orang tanpa gelar”. Bermodal youtube, sekarang setiap orang yang cukup gigih bisa jadi ahli di berbagai bidang.

Sebaliknya, mereka yang bersekolah secara rapi, dari PAUD sampai perguruan tinggi, kian sulit menemukan posisi. Tentu saja ini tidak berarti sekolah tidak berguna sama sekali. Namun, perlu kesadaran penuh bahwa ilmu dari bangku sekolah tidak cukup. Setiap anak muda mesti memperkaya dirinya dengan pengalaman nyata. Sesuatu yang lebih kurang semacam medan pertempuran.

Sudah pasti progresivitas pemerintah pun sangat menentukan. Program-program yang relevan dengan penyiapan tenaga kerja bertalenta mesti disupervisi dengan ketat. Sehingga penggelontoran dana Kartu Prakerja, misalnya, tidak habis dipakai untuk kursus kelas gaya hidup. Bukan artinya kelas gaya hidup sama sekali tidak produktif, namun ke depan Indonesia perlu lebih banyak lapangan kerja. Sangat banyak. Penggunaan fasilitas peningkatan kemampuan mesti disiapkan untuk tidak hanya modal mencari pekerjaan namun juga menciptakan peluang kerja sebanyak-banyaknya.

Semua perubahan ini sedang benar-benar terjadi, namun belum banyak di antara kita yang menyadari. Menyadari dalam arti segera menyiapkan generasi ini untuk terus mengeksplorasi dunia mereka, tantangan, peluang, dan kemampuan yang dibutuhkan.

Tanpa itu semua, bonus demografi benar-benar akan jadi bumerang. Meluncur ke depan, lalu berbalik cepat menghantam diri kita dengan hebat.(*)

*)Penulis adalah pendiri Sekolah Alam Bukit Akasia Sumedang, pengajar jurnalistik, penulis buku

 

No More Posts Available.

No more pages to load.