Ajak Bikin ‘Pabrik Oksigen’ di Ratusan Sekolah

oleh
PANJI/RADARSUMEDANG.ID KCD Pendidikan Wilayah VIII Jabar Drs. Dahyar, M.M saat memulai gerakan menanam pohon untuk mendukung program pabrik oksigen di SLB Negeri Pembina Sumedang, Selasa (14/11).

RADARSUMEDANG ID — Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah VIII Jawa Barat menyadari betul bahwa fenomena pemanasan global atau global warming merupakan tantangan nyata yang harus diatasi bersama.

Melalui gerakan penanaman pohon di lingkungan di SMA/SMK juga SLB, KCD Pendidikan Wilayah VIII Jabar mencoba menginisiasi bagaimana menciptakan pabrik oksigen di sekolah sehingga terwujudnya green eco school.

Kepala KCD Wilayah VIII Jabar Drs. Dahyar, M.M menyampaikan upaya menghadirkan pabrik oksigen di setiap sekolah ini akan digencarkan pada akhir 2022 nanti. Yang mana saat ini terdapat satu sekolah yang telah menjadi pilot project, yaitu di SLB Negeri Pembina Sumedang.

“Nanti di akhir tahun, akan lebih masif. Karena setiap SMA, SMK dan SLB di KCD VIII akan menaman pohon sebagai upaya menyikapi tantangan, khususnya dari fenomena global warming melalui pabrik oksigen,” kata Dahyar kepada wartawan, Selasa (15/11/2022).

Sejauh ini kata Dahyar, sedikitnya ada 442 satuan pendidikan yang berada di lingkungan KCD Wilayah VIII Jabar. Jumlah tersebut terbagi dari 288 sekolah di Kabupaten Bandung dan 32 sekolah di Kabupaten Sumedang.

Adapun formasinya, terdiri dari 34 SMAN, 18 SMKN, 6 SLBN, 104 SMA Swasta, 206 SMK Swasta dan 74 SLB Swasta.

Oleh karena itu, jika setiap sekolah menanam lima pohon saja tentunya dapat membawa pengaruh yang baik minimal untuk warga sekolah itu sendiri dan tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat di sekitar sekolah.

“Dengan adanya gaya hidup yang terus berkembang mengikuti zaman, rasanya karbondioksida merupakan racun yang tidak terhindarkan Dengan menanam satu pohon saja, kita dapat membantu terjadinya pencemaran lingkungan,” ujarnya.

Selain itu lanjut dia, ide awal menghadirkan pabrik oksigen ini diawali dengan adanya sejumlah tantangan yang mesti dihadapi, salah satunya pemanasan global.

Sebab bagaimanapun, bilamana oksigen semakin menipis maka bumi akan dipenuhin oleh CO2 yang memiliki sifat menaikan suhu bumi.

“Tentunya kami merasa perlu turut andil dalam mengantisipasi dengan menginisiasi pabrik oksigen di sekolah-sekolah. Selain untuk penghijauan, kegiatan tanam pohon ini juga berfungsi sebagai produsen oksigen kan. Karena pohon akan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis,” terang Dahyar.

Kendati demikian, ide pabrik oksigen di setiap sekolah ini rupanya tidak mengandalkan APBD. Melainkan atas keinginan dari masing-masing sekolah yang tidak keberatan untuk merogoh kocek pribadi.

Sedangkan untuk jumlah dan jenis pohon di setiap sekolah, disampaikan Dahyar disesuaikan dengan lahan yang tersedia di sekolah tersebut.

“Bilamana ada sekolah yang tidak memiliki lahan, bisa saja solusinya dengan menggunakan pot, polybag dan yang lainnya. Kalau untuk jenis pohonnya itu buah-buahan, seperti mangga dan yang lainnya,” ucapnya.

Sementara itu, Plt. Kepala Sekolah SLB Negeri Pembina Isaris Arwianti mengatakan pabrik oksigen yang berada di sekolahnya ditanam pada lahan seluas 3 hektare.

Disebutkan Isaris, saat ini sudah ada sekitar 600 pohon buah-buahan yang telah ditanam di lahan kosong yang sebelumnya banyak ditumbuhi rumput dan ilalang hingga setinggi atap rumah. Terlebih buah-buahan bisa dimanfaatkan untuk dimasak, kedua untuk pembelajaran juga.

“Kehadiran pabrik oksigen otomatis harus terbebas dari rerumputan. Bahkan, lingkungan SLB Negeri Pembina Sumedang pun kini dipenuhi pepohonan yang menghasilkan oksigen dan buah. Ya buahnya, ya oksigennya. Itu lah kenapa mau ngambil pabrik oksigen,” tuturnya.

Menurut Isaris, jika program ini dilakukan di seluruh sekolah yang berada di lingkungan KCD Pendidikan Wilayah VIII Jabar, terutama di SLB maka akan menjadikan SLB kian berkembang. Apalagi jika nantinya dilaksanakan di seluruh sekolah yang ada di Jabar.

Ia menambahkan kehadiran pabrik oksigen juga, cocok diterapkan di SLB sebagai perwujudan kurikulum merdeka. Terlebih dalam kurikulum merdeka ada yang dinamakan korikuler untuk mengembangkan pengetahuan siswa di luar jam pelajaran.

“SLB untuk akademik susah sekali. Jadi, saya berpikir dengan adanya kurikulum merdeka sangat cocok untuk di SLB dimana ada bermacam-macam hambatan,” jelas Isaris. (jim)