KKN Mahasiswa Unpad di Rancakalong, Berikan Pengabdian dengan Membukukan Seni Budaya

oleh
KKN: Rombongan KKN Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya UNPAD Jatinangor saat melakukan salam perpisahan kepada pihak desa di Rancakalong dengan menyerahkan plakat sebagai bukti kenang-kenangan

RADARSUMEDANG.id, RANCAKALONG Dalam rangka melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di sekitar Rancakalong, 10 mahasiswa Universitas Padjadjaran (UNPAD) Jatinangor berencana akan membukukan sejumlah seni budaya juga tradisi di Rancakalong.

Itu setelah rombongan KKN UNPAD Jatinangor yang menyimak ritual Ngalaksa yang diselenggarakan di Desa Wisata Rancakalong pada Selasa (8/8) kemarin. 

Menurut Ketua Kelompok KKN Desa Rancakalong Mulkiyah Sukma Azizah, tepat pada hari Rabu (9/8) kemarin yang merupakan akhir masa KKN di Rancakalong, dirinya dan anggota kelompok sepakat untuk membukukan berbagai hasil observasi yang telah dilakukannya selama sekitar satu bulan di Wilayah Kecamatan Rancakalong.

“Alhamdulilah kami mendapatkan banyak wawasan, utamanya sesuai dengan program studi kami di Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya. Jadi memang ada banyak lokasi yang berkenaan dengan rasa penasaran kami terkait sejarah yang terdapat di Kecamatan Rancakalong. Seperti adat istiadat, seni, tradisi, budaya hingga hal-hal ritual, upacara adat dan masih banyak lagi,” kata mahasiswa yang akrab disapa Sukma ini.

Sukma memaparkan awal mula ketertarikannya terhadap upacara adat Ngalaksa. Yang mana dirinya bersama rekan mahasiswa lainnya sempat mendatangi sebuah makam petilasan yang berada di sebuah gunung dengan nama Gunung Beser di Rancakalong.

Menurutnya masyarakat Rancakalong sendiri sampai hari ini masih menggunakan adat istiadatnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti contoh dalam berbahasa sunda, sopan santun, penggunaan mitos-mitos tertentu yang juga seolah menjadi literatur dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya.

Karenanya, Sukma telah merumuskan dan membagi kajian terkait sejarah dan budaya untuk penulisan buku tersebut. Diantaranya ialah Tradisi lisan, teknologi tradisional, seni, bahasa, ritus cagar budaya.

“Kita pernah mendatangi sebuah makam petilasan yang katanya sih almarhum merupakan orang pertama yang menyebarkan agama islam di sini. Kemudian tempat ritual ngalaksa dan tempat-tempat yang dipercaya keramat oleh masyarakat setempat,” paparnya.

Sukma mengatakan bahwa Ia dan anggota kelompok KKN nya akan menulis buku tentang Rancakalong, sebuah buku hasil observasi yang ditujukan untuk pemenuhan tugas KKN dan utamanya untuk mengabadikan pengalaman berharganya.

“Sebenarnya tidak terlepas dari tuntutan kampus juga sih. Tapi secara pribadi saya memang berniat untuk berkontribusi dan mengedukasi berbagai kalangan, tidak hanya masyarakat akademis. Supaya seni tradisi dan kebudayaan di Rancakalong itu lebih dinilai dan sakral,” ujarnya.

Oleh sebab itu dirinya juga patut bersyukur lantaran tradisi kebudayaan Sumedang yang kini telah tercatat sebagai Cagar Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Yang mana pada faktanya didominasi oleh adat tradisi masyarakat Rancakalong.

“Semoga semua berjalan dengan lancar dan khususnya dalam menggagas karya ini, diharapkan bisa sesuai dengan ekspektasi. Nanti melalui buku yang akan kami terbitkan itu, bisa benar-benar menjadi manfaat untuk pelestarian sejarah dan kekayaan budaya di Rancakalong Sumedang,” katanya. (jim)