Budayawan Sunda Budi Dalton Ungkap 12 Jenis Kujang dengan 5 Fungsi Berbeda

oleh
Tokoh Budayawan Sunda, Budi Dalton saat hadir pada peresmian Menara Kujang Sapasang di Blok Panenjoan, Desa Jemah, Jatigede

RADARSUMEDANG.ID, JATIGEDE – Tokoh Budayawan Sunda, Budi Dalton memberikan saran dan masukan terhadap rencana pembuatan Museum Kujang yang rencananya akan dibuat di Menara Kujang Sapasang. Menurutnya, kujang sapasang secara narasi ada dalam naskah.

Masyarakat perlu tahu bagaimana nilai filosofis dari kujang itu. Sehingga masyarakat Sunda lebih paham dan tidak lagi menyimpan kujang tergeletak di sembarang tempat.

“Saya harapkan menjadi museum yang representatif, tidak hanya menampilkan artefak. Tapi masyarakat setidaknya menjadi tahu bahwa ada 12 jenis kujang yang menurut peneliti, ada 5 fungsi kujang yang berbeda-beda. Ada yang untuk perkakas, ada yang untuk pusaka juga ada yang untuk sajen dengan segala macam yang akan disimpan disini,” kata Budi Dalton saat dikonfirmasi Radar Sumedang di sela peresmian Menara Kujang Sapasang, Minggu (13/8) kemarin.

Dirinya juga mengajak masyarakat Jawa Barat tidak hanya memahami kujang sebagai senjata. Terlebih kalau senjata konotasinya kurang bagus, sehingga seolah-olah untuk berperang. 

“Akan tetapi Kujang disini sebagai ergonomis. Sehingga terlalu estetis kalau untuk menusuk, ditusuk enggak enak, digunakan seperti golok juga tidak bisa. Pasti kujang ini sebagai simbol, makanya selain dari artefak akan ditampilkan juga nilai-nilai filosofis dari kujang itu sendiri. Mudah-mudahan nanti bisa menjadi yang terlengkap menjelaskan apa itu kujang,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Dosen Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan ini, Kujang Sapasang juga merupakan representasi dari para leluhur di Jatigede. Mengingat ada sejumlah situs maupun kabuyutan yang kasarnya ditenggelamkan saat penggenangan Waduk Jatigede.

“Jadi masyarakat Sunda menganggap bahwa orang Sunda jaman dulu pasti menyimpan pusaka walaupun selama ini tidak terbuka entah dimana, yang pasti simbol itu tetap ada. Mudah-mudahan secara spirit bagi yang pernah kecewa bisa representasikan di Museum Kujang bahwa ieu karuhun urang aya didieu sadayana (leluhur kita ada di sini). Kalau masyarakat Sunda itu berpikiran rasional dan spiritual, dan sekarang logisnya sudah terlihat di Kujang secara visualnya tinggal spiritualnya,” urainya.

Dengan demikian, dirinya memastikan akan mencari dan menggali bahkan mengharapkan kujang yang nanti ditampilkan adalah kujang yang berasal dari Sumedang. 

“Jadi harusnya koleksi kujang di Museum Kujang disini harusnya dari Sumedang dan Jatigede dulu. Sebelum kita melebar ke yang lain yang diutamakan dari sekitar kabuyutan Jatigede dulu,” pungkasnya. (jim)