Kolaborasi Tim Bio-Medis ITB dan UNPAD Hadir Membantu Penyintas Bencana Alam di Sumedang 

oleh
Tim Kolaboratif ITB-UNPAD Bersama Kepala Desa Sukajaya sekaligus penyerahan donasi sembako secara simbolis dari WINGS dan LAPI ITB

RADARSUMEDANG.ID, KOTA — Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui program Tanggap Bencana yang dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) serta didukung pendanaan dari Lembaga Afiliasi, kembali menurunkan tim pemulihan psikososial ke Sumedang.

Kali ini atas support penuh dari Penelitian dan Industri (LAPI), LPPM ITB kembali menurunkan tim Pengabdian Masyarakat (PM) tanggap bencana kedua, yang beranggotakan staf ahli dari Kelompok Keahlian Fisiologi, Biologi Perkembangan dan Biomedis, Sekolah ilmu dan Teknologi Hayati ITB serta berkolaborasi dengan tim Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Salah seorang Dosen Sekolah Ilmu Teknologi Hayati ITB, Dr Lulu lusianti Fitri mengatakan, ada dua area yang dituju antara lain Desa Sukajaya dan Dusun Haurlawang (berjarak 3,54 km dari kantor Desa Sukajaya) dan Kelurahan Cipameungpeuk, Kecamatan Sumedang Selatan.

Tim LPPM ITB saat melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan penyakit infeksi di Kantor Desa Sukajaya, Sumedang Selatan, Jumat (26/1/2024) kemarin. (For Radar Sumedang)

Menurutnya Kantor Desa Sukajaya merupakan salah satu posko bencana dan memiliki aula yang dapat menampung penduduk penyintas untuk mendapatkan layanan Bio-Medis yang dihadiri oleh 30 penyintas berikut keluarga.

Di sisi lain, secara kewilayahan, Dusun Haurlawang berlokasi di wilayah dalam cakupan RW 06 yang terdiri dari 4 RT dan kegiatan PM juga diselenggarakan di aula Dusun Haurlawang yang dikunjungi oleh sekitar 35 penyintas bersama anggota keluarganya.

“Kami melakukan beberapa kegiatan yang diberikan oleh Tim ITB dan UNPAD secara terintegrasi. Tujuannya penyintas akan mendapatkan pelayanan belajar teknik pelepasan emosi (Emotional Freedom Technique/EIT) yaitu, untuk meredakan rasa khawatir atau stress secara mandiri dengan cara mengetuk secara perlahan di 9 titik energi tubuh dan tangan,” kata Lulu dalam keterangan persnya kepada Radar Sumedang, Kamis (1/2/2024).

Selain itu, penyintas juga diarahkan menuju Balai Pengobatan yang terdiri dari dua tahap. Pertama bagian pendaftaran dan anamnesa yang bertugas untuk menggali informasi riwayat penyakit, berikut keluhan penyakit pasien yang diikuti dengan pendataan. Kedua, antropometri (tekanan darah, berat badan, tinggi badan), yang berlanjut konsultasi dengan dokter.

Kendati demikian jika dokter menemukan gejala kecemasan atau ketakutan pada penyintas. Maka akan dirujuk untuk melakukan pemeriksaan screening kecemasan melalui pengisian Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), yang diikuti dengan pengukuran gelombang otak melalui perangkat electroencephalograph (EEG).

Tim LPPM ITB saat melakukan deteksi kecemasan melalui pemeriksaan SDQ yang diikuti Pengukuran gelombang otak dengan perangkat EEG.

“Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, hampir 50 % penyintas mengalami gejala cemas, gelisah, takut, susah tidur bahkan panik sehingga dibantu untuk mengurangi gejala tersebut dengan mempraktekan EFT dan dirujuk ke Rumah Sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut,” ujarnya.

Sementara bagi penyintas yang mengalami demam, akan dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan sampel deteksi penyakit infeksi oleh analis dari Laboratorium Health Safety Environment (HSE) UNPAD yang memiliki tupoksi mengampanyekan berbagai aspek kesehatan, keselamatan, dan lingkungan. kepada masyarakat. 

“Usai pemeriksaan, jika dokter meresepkan obat-obatan, penyintas dapat mengambilnya di bagian Farmasi yang disuplai oleh Ikatan Alumni (IKA) FK FK’92 UNPAD dan Klinik Hegar. Terakhir, untuk membantu penyintas dewasa agar semangat untuk meraih kesempatan, penyintas juga mendapat paket sembako yang sebagiannya mendapat donasi dari WINGS dan LAPI ITB. Kemudian bagi penyintas anak-anak disediakan permainan menggunakan puzzle guna memberikan pengalaman positif.

Sebagai informasi pada 31 Desember 2023 terjadi gempa bumi berkekuatan 4,8 Magnitudo yang mengguncang Kabupaten Sumedang dengan lokasi episenter pada koordinat 6,85 derajat LS dan 107,94 derajat BT. Kedalaman hiposenter (pusat gempa) 5 km dari permukaan bumi atau secara daratan kurang lebih berjarak 2 km Timur Laut dari pusat Kota Sumedang, Jawa Barat. 

BMKG mencatat, gempa bumi tersebut diawali dengan 2 gempa pendahuluan, yang terjadi pada pukul 14.35 WIR berkekuatan M4,1 dan pukul 15,38 WIR berkekuatan M3,4, kemudian diikuti beberapa kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi antara M2,4 4,5.

Pemerintah Kabupaten Sumedang menetapkan status tanggap darurat mulai 1 Januari hingga 7 Januari 2024, dan sampai saat ini, tercatat 1.004 rumah rusak akibat gempa bumi M 4,1 yang terjadi pada Minggu, 31 Desember, namun gempa susulan berkekuatan 3.1 Magnitudo pada kedalaman 10 KM terjadi kembali di lokasi 5 km Timur Laut Kabupaten Subang pada tanggal 8 Januari 2024 yang lalu. 

Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, gempa bumi di Kabupaten Sumedang menyebabkan 14 desa di wilayah Sumedang dengan dampak korban jiwa, dan sedikitnya 1.004 unit rumah dilaporkan rusak ringan, 110 rusak berat, dan 456 warga mengungsi. (jim)