Ketimpangan Harapan: Mengapa Sistem Pendidikan Indonesia Gagal Meniru Sistem Pendidikan Finlandia

oleh
Rizkya Halimatus sya'diah

FINLANDIA dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Oleh karena itu Indonesia mengadopsi sistem pendidikan dari Finlandia, tetapi apa yang membuat sistem pendidikan di Finlandia unggul?

 

Sistem pendidikan disana menggunakan metode pendekatan yang berfokus pada kebahagiaan siswa dengan tidak ada tekanan ujian besar. Sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang menyenangkan, eksploratif, pembelajaran yang fleksibilitas dan profesionalisme guru. Pendekatan ini menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas, tapi juga kreatif dan mampu berpikir kritis. Jadi wajar jika banyak negara termasuk Indonesia ingin menerapkannya.

 

Namun, meskipun Indonesia telah mencoba menggunakan pendekatan prinsip tersebut seperti melalui kebijakan ‘Kurikulum Merdeka’ yang dimana pemerintah memberikan kebebasan kepada guru dan sekolah untuk mengembangkan metode pengajaran. Namun upaya ini sayangnya hanya berjalan di atas kertas. Ketika diterapkan di lapangan hasilnya masih belum menunjukkan perubahan yang efektif, karena adanya berbagai tantangan yang muncul.

 

Lalu mengapa Indonesia gagal?

Salah satu alasan yang menjadi tantangan utama kegagalan adalah perbedaan yang mendasar antara Finlandia dan Indonesia, baik dari segi budaya, infrastruktur maupun kebijakan pendidikan.

 

Budaya dan Kebiasaan Belajar

Di Finlandia, membaca bukan hanya kewajiban akademik, tetapi bagian dari budaya sehari-hari. Anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang mendukung literasi sejak dini. Sebaliknya, di Indonesia, minat baca masih sangat rendah. Banyak siswa hanya membaca untuk kebutuhan ujian, bukan sebagai kebiasaan yang menyenangkan.

 

Kesenjangan Akses Pendidikan

Finlandia memiliki sistem pendidikan yang merata di seluruh wilayah, sedangkan Indonesia menghadapi tantangan besar dalam kesenjangan infrastruktur. Banyak sekolah di daerah terpencil kekurangan fasilitas dasar seperti listrik, internet bahkan gedung yang layak.

 

Fokus pada Ujian

Indonesia masih sangat bergantung pada ujian nasional untuk menilai kesuksesan siswa. Pendekatan ini sangat bertolak belakang dengan Finlandia yang menilai siswa berdasarkan kemampuan mereka untuk memahami konsep, berpikir kritis dan bekerja sama.

 

Kualitas Guru

Di Finlandia, guru dipilih dari lulusan terbaik dan menjalani pelatihan yang sangat ketat. Di Indonesia, kualitas guru sangat bervariasi. Banyak guru belum sepenuhnya memahami metode pembelajaran kreatif yang menjadi inti dari pendekatan Finlandia.

 

Kebijakan yang Tidak Konsisten

Ini adalah tantangan terbesar bagi Indonesia, seringnya perubahan kebijakan pendidikan di Indonesia menciptakan kebingungan di tingkat sekolah. Kebijakan yang tidak konsisten ini juga menghambat implementasi prinsip-prinsip baru yang diadopsi dari Finlandia.

 

Untukbenar-benar membawa perubahan, Indonesia harus memahami bahwa sistem pendidikan tidakbisa diubah hanya dengan menyalin kebijakan negara lain.Sistem pendidikan harus disesuaikan dengankonteks lokal, termasuk tantangan sosial, budayadan ekonomi yang ada.

 

Langkah pertama adalah memastikan bahwa semua sekolah memiliki akses yang setara terhadap fasilitas pendidikan. Pemerintah harus memperbaiki infrastruktur di daerah-daerah terpencil agar siswa di sana memiliki kesempatan yang sama untuk belajar.

 

Selain itu, peningkatan kualitas guru harus menjadi prioritas utama.Guru perlu dilatih untukmengadopsi metode pembelajaran yang interaktif dan relevan dengan kebutuhan siswa.Di sisi lain,sistem evaluasi juga harus berubah.Ujian nasional yang menekan harus diganti dengan metodepenilaian berbasis kemampuan yang lebih manusiawi.

 

Selain itu juga yang sangat penting adalah budaya literasi yang harus dibangun sejak usia dini. Orang tua, sekolah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca dan berpikir kritis. (***)

 

Penulis adalah Mahasiswa Sastra Inggris, UIN Sunan Gunung Djati-Bandung